25.1 C
Probolinggo
Tuesday, June 6, 2023

Wali Kota Probolinggo Kunker ke Swedia, Ini Agendanya

MAYANGAN, Radar Bromo – Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin berencana ke Swedia, pekan depan. Jadwalnya pun cukup lama, yaitu 10 hari. Tidak sendirian, Wali Kota akan ditemani enam pejabat di lingkungan pemkot ke Swedia.

Enam pejabat itu antara lain, Kepala Bappeda Litbang Rey Suwigtyo; Kepala DLH Budi Krisyanto; Kepala Dinas Perhubungan Sumadi; Kepala Dinas PUPR Amin Fredy. Lalu, Kabid Prasarana dan Pengembangan Wilayah, Bappeda Litbang Ari Puspita dan Conie Dwi Purniranti, staf Bappeda Litbang Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah.

Mereka akan berada di Swedia, tepatnya di Kota Helsingborg mulai Senin (2/12) sampai Sabtu (7/12). Jika dihitung perjalanan pulang dan pergi, total 10 hari lawatan ke Swedia itu dilakukan.

Kunjungan para pejabat ini ke Swedia, masih dalam kerangka kerja sama program Symbiocity dengan Kota Helsingborg, Swedia. Program yang dimulai pada tahun 2013 itu, akan berakhir pada pertengahan 2020. Sebelum kerja sama itu berakhir, Kota Probolinggo berencana menjajaki program kerja sama lanjutan dengan Helsingborg.

Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin kepada harian Jawa Pos Radar Bromo mengatakan, kunjungan itu merupakan kegiatan kerja sama dengan Helsingborg. “Itu (kunjungan ke Swedia) karena sudah ada kerja sama antara Kota Probolinggo dengan Swedia, tepatnya Helsingborg. Helsingborg sudah dua kali datang ke Kota Probolinggo,” ujarnya.

Habib Hadi –panggilannya- pun memastikan, kunjungan ke Swedia ini telah mendapat izin dari Kementerian Dalam Negeri. “Tujuannya adalah menjalin kerja sama dengan Helsingborg dan mengambil hal-hal yang bermanfaat dalam kerja sama itu,” jelasnya.

Baca Juga:  Nelayan Mayangan Hilang usai Terjatuh saat Melaut di Kalibuntu

Di antaranya, pengelolaan sampah. Di Swedia menurutnya, ada metode pengolahan sampah menjadi listrik. Hal ini yang menurutnya bisa dicontoh oleh kota.

Bagi Habib Hadi, keberangkatannya ke Swedia dalam program kerja sama ini, merupakan yang pertama. Sebelumnya, Pemkot sudah dua kali ke Swedia untuk kerja sama dengan Helsingborg ini. Saat itu, yang berangkat adalah Rukmini sebagai wali kota.

Rey Suwigtyo, kepala Bappeda Litbang Kota Probolinggo menambahkan, wali kota akan berangkat bersama enam pejabat yang lain ke Swedia. “Ada Wali Kota, saya dari DLH, Dinas Perhubungan, Dinas PUPR, dan Kabid Prasarana Pengembangan Wilayah, Bappeda Litbang. Total semuanya tujuh orang,” ujarnya.

Wali Kota, menurut Tyo –sapaannya-, ikut karena kemungkinan dalam kunjungan ini akan ada penandatanganan MoU untuk program Symbiocity. Namun, dengan donatur yang berbeda.

Program Symbiocity sendiri, selama ini dikerjasamakan dengan Helsingborg. Donaturnya yaitu Internasional Center for Local Democracy (ICLC). Kerja sama dengan ICLC sebagai donatur ini, menurutnya, akan berakhir pada pertengahan 2020.

Karena itu, Pemkot berupaya mencari peluang untuk melanjutkan kerja sama program tersebut. “Kemungkinan dengan menggandeng NGO baru untuk melanjutkan kerja sama,” tegasnya.

Menurut Tyo, ada peluang melanjutkan kerja sama dengan Helsingborg melalui donatur baru. Yaitu, Global Business Development VERAPARK.

Baca Juga:  Nyaris Sebulan Padam, Tagihan PJU Tetap Miliaran, Kok Bisa?

“Tentunya masih akan dikomunikasikan rencana itu. Jika akhirnya dilanjutkan dengan kesepakatan baru, tentu program-program yang dilakukan akan berbeda. Sebab, setiap NGO itu memiliki program yang berbeda,” jelasnya.

Selama ini, dikatakan Tyo, kerja sama Simbiocity antara Helsingborg dengan Kota Probolinggo, menjalankan pertukaran program yang ada di wilayah masing-masing. Kota Probolinggo menjalankan program Helsingborg. Dan sebaliknya, Helsingborg melakukan program seperti di kota.

“Misalnya, di Kota Probolinggo mulai menerapkan jalur sepeda seperti di Helsingborg. Program ini juga akan dilihat perkembangannya,” ujarnya.

Kota Probolinggo juga mempelajari pengelolaan persampahan di Swedia. Swedia selama ini telah melakukan pengelolaan sampah menjadi energi listrik.

“Kami sebenarnya akan menerapkan cara yang sama dengan investasi Rp 54 miliar yang menghasilkan energi listrik 2 megawatt. Tapi, listrik yang akan dihasilkan ini akan dijual kemana? ini yang tidak ada kepastian,” ujarnya.

PLN sendiri, menurutnya, tidak bisa membeli listrik tersebut. Sebab, Pemerintah Pusat hanya menetapkan 12 daerah yang mengolah sampah menjadi listrik. Pada 12 daerah itu, PLN boleh membeli listrik.

Sedangkan Helsingborg menerapkan politik lokal seperti yang dilakukan di kota. Contohnya, menerapkan musrenbang anak.

“Untuk kegiatan di Swedia akan dimulai pada Senin (2/12) sampai Sabtu (7/12). Total dengan perjalanan kurang lebih selama 10 hari,” ujar Ari Puspita, Kabid Prasarana Pengembangan Wilayah di Bappeda Litbang Kota Probolinggo. (put/hn)

MAYANGAN, Radar Bromo – Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin berencana ke Swedia, pekan depan. Jadwalnya pun cukup lama, yaitu 10 hari. Tidak sendirian, Wali Kota akan ditemani enam pejabat di lingkungan pemkot ke Swedia.

Enam pejabat itu antara lain, Kepala Bappeda Litbang Rey Suwigtyo; Kepala DLH Budi Krisyanto; Kepala Dinas Perhubungan Sumadi; Kepala Dinas PUPR Amin Fredy. Lalu, Kabid Prasarana dan Pengembangan Wilayah, Bappeda Litbang Ari Puspita dan Conie Dwi Purniranti, staf Bappeda Litbang Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah.

Mereka akan berada di Swedia, tepatnya di Kota Helsingborg mulai Senin (2/12) sampai Sabtu (7/12). Jika dihitung perjalanan pulang dan pergi, total 10 hari lawatan ke Swedia itu dilakukan.

Kunjungan para pejabat ini ke Swedia, masih dalam kerangka kerja sama program Symbiocity dengan Kota Helsingborg, Swedia. Program yang dimulai pada tahun 2013 itu, akan berakhir pada pertengahan 2020. Sebelum kerja sama itu berakhir, Kota Probolinggo berencana menjajaki program kerja sama lanjutan dengan Helsingborg.

Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin kepada harian Jawa Pos Radar Bromo mengatakan, kunjungan itu merupakan kegiatan kerja sama dengan Helsingborg. “Itu (kunjungan ke Swedia) karena sudah ada kerja sama antara Kota Probolinggo dengan Swedia, tepatnya Helsingborg. Helsingborg sudah dua kali datang ke Kota Probolinggo,” ujarnya.

Habib Hadi –panggilannya- pun memastikan, kunjungan ke Swedia ini telah mendapat izin dari Kementerian Dalam Negeri. “Tujuannya adalah menjalin kerja sama dengan Helsingborg dan mengambil hal-hal yang bermanfaat dalam kerja sama itu,” jelasnya.

Baca Juga:  BPS: Pembangunan Gender di Kota Probolinggo Naik Tipis

Di antaranya, pengelolaan sampah. Di Swedia menurutnya, ada metode pengolahan sampah menjadi listrik. Hal ini yang menurutnya bisa dicontoh oleh kota.

Bagi Habib Hadi, keberangkatannya ke Swedia dalam program kerja sama ini, merupakan yang pertama. Sebelumnya, Pemkot sudah dua kali ke Swedia untuk kerja sama dengan Helsingborg ini. Saat itu, yang berangkat adalah Rukmini sebagai wali kota.

Rey Suwigtyo, kepala Bappeda Litbang Kota Probolinggo menambahkan, wali kota akan berangkat bersama enam pejabat yang lain ke Swedia. “Ada Wali Kota, saya dari DLH, Dinas Perhubungan, Dinas PUPR, dan Kabid Prasarana Pengembangan Wilayah, Bappeda Litbang. Total semuanya tujuh orang,” ujarnya.

Wali Kota, menurut Tyo –sapaannya-, ikut karena kemungkinan dalam kunjungan ini akan ada penandatanganan MoU untuk program Symbiocity. Namun, dengan donatur yang berbeda.

Program Symbiocity sendiri, selama ini dikerjasamakan dengan Helsingborg. Donaturnya yaitu Internasional Center for Local Democracy (ICLC). Kerja sama dengan ICLC sebagai donatur ini, menurutnya, akan berakhir pada pertengahan 2020.

Karena itu, Pemkot berupaya mencari peluang untuk melanjutkan kerja sama program tersebut. “Kemungkinan dengan menggandeng NGO baru untuk melanjutkan kerja sama,” tegasnya.

Menurut Tyo, ada peluang melanjutkan kerja sama dengan Helsingborg melalui donatur baru. Yaitu, Global Business Development VERAPARK.

Baca Juga:  Aktivitas Warga Meningkat, Tapi Belum Semuanya Tertib Protokoler

“Tentunya masih akan dikomunikasikan rencana itu. Jika akhirnya dilanjutkan dengan kesepakatan baru, tentu program-program yang dilakukan akan berbeda. Sebab, setiap NGO itu memiliki program yang berbeda,” jelasnya.

Selama ini, dikatakan Tyo, kerja sama Simbiocity antara Helsingborg dengan Kota Probolinggo, menjalankan pertukaran program yang ada di wilayah masing-masing. Kota Probolinggo menjalankan program Helsingborg. Dan sebaliknya, Helsingborg melakukan program seperti di kota.

“Misalnya, di Kota Probolinggo mulai menerapkan jalur sepeda seperti di Helsingborg. Program ini juga akan dilihat perkembangannya,” ujarnya.

Kota Probolinggo juga mempelajari pengelolaan persampahan di Swedia. Swedia selama ini telah melakukan pengelolaan sampah menjadi energi listrik.

“Kami sebenarnya akan menerapkan cara yang sama dengan investasi Rp 54 miliar yang menghasilkan energi listrik 2 megawatt. Tapi, listrik yang akan dihasilkan ini akan dijual kemana? ini yang tidak ada kepastian,” ujarnya.

PLN sendiri, menurutnya, tidak bisa membeli listrik tersebut. Sebab, Pemerintah Pusat hanya menetapkan 12 daerah yang mengolah sampah menjadi listrik. Pada 12 daerah itu, PLN boleh membeli listrik.

Sedangkan Helsingborg menerapkan politik lokal seperti yang dilakukan di kota. Contohnya, menerapkan musrenbang anak.

“Untuk kegiatan di Swedia akan dimulai pada Senin (2/12) sampai Sabtu (7/12). Total dengan perjalanan kurang lebih selama 10 hari,” ujar Ari Puspita, Kabid Prasarana Pengembangan Wilayah di Bappeda Litbang Kota Probolinggo. (put/hn)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru