Ramadan selalu identik dengan takjil. Setiap Ramadan tiba, para penjual takjil pun bermunculan. Menjamur di sejumlah lokasi. Baik di Probolinggo maupun Pasuruan.
——————————————————————————————————
SEJUMLAH lokasi takjil di Kota Probolinggo diserbu pembeli. Mereka berburu makanan dan minuman untuk santapan saat berbuka puasa. Tidak hanya lauk pauk, ada pula warga yang sengaja membeli makanan ringan.
Rata-rata keuntungan mereka naik hingga lipat dua dibanding hari-hari biasa. “Kalau hari biasa cuma dapat Rp 60 ribu. Selama dua hari Ramadan, dapat Rp 120 ribu. Jualannya sama setelah Asar,” ujar salah seorang penjual es di Jalan Argopuro, Hanifah. Esnya dibandrol Rp 5.000 per porsi.
Adanya penjual takjil ini membuat sejumlah warga terbantu. Terutama mereka yang mempunyai kesibukan dan tak sempat memasak di rumah. “Kalau memasak, butuh waktu. Saya pagi udah berangkat kerja, lebih efisien dengan membeli saja. Jadi tinggal masak nasi,” kata salah seorang pembeli takjil asal Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Ani.
Tak hanya di Kota Probolinggo, di Kabupaten Probolinggo, penjual takjil juga menjamur. Mereka bisa ditemui di Alun-alun Kraksaan, Pasar Paiton, dan Masjid Pajarakan Land. Termasuk di sisi timur Jembatan Pancarglagas, Desa/Kecamatan Pakuniran.
“Setiap Ramadan pasti ada penjual dadakan. Semuanya murni dari warga sekitar sini. Ada yang jual lauk pauk dan minuman. Ada juga buah-buahan hasil panen warga. Seperti di Pakuniran ini ada durian. Sekarang masih musim,” ujar salah satu warga Pakuniran, Mahdi.
Bazar takjil yang cukup ramai pengunjung di Alun-alun Kraksaan. Para pedagang merupakan pemilik UMKM dan pedagang kaki lima. Bukan pedagang dadakan. Mereka dikoordinasi oleh Paguyuban Pedagang Kaki Lima Kraksaan. “Ada 130 pedagang. Mulai dari PKL maupun UMKM. Kebanyakan mereka dari Kraksaan. Sehari pengunjung yang datang bisa sampai 1.000 orang,” ujar Ketua Panitia Bazar Takjil, Moh. Fauzi. (riz/mu/zen/rud)