KRAKSAAN, Radar Bromo- Ziarah kubur sendiri sebenarnya tidak terikat waktu. Bisa dilakukan kapan pun. Tidak harus menunggu saat Ramadan tiba. Seperti yang disampaikan Katib Syuriah PC NU Kraksaan Ustad Mudhofir Irwani.
Menurutnya, ziarah kubur dilakukan warga muslim sejak zaman nenek moyang. Bahkan, sudah menjadi tradisi atau kebiasaan. Dan hal itu sah saja dilakukan.
“Diperbolehkan, sah-sah saja. Namun, perlu diingat bahwa ziarah kubur ini tidak terikat waktu. Tidak ada waktu khusus. Kapan pun bisa dilakukan,” ujarnya.
Adapun ziarah kubur menjelang Ramadan, menurut Mudhofir, selaras dengan sebuah keterangan yang menceritakan tentang Rasulullah. Saat itu, Rasulullah khotbah di akhir-akhir bulan Syakban. Rasulullah menyebut amin sampai tiga kali. Amin tersebut ditujukan kepada doa malaikat Jibril.
“Sahabat yang mendengar hal tersebut kemudian bertanya. Ya Rasulullah, mengapa saat khotbah mengucapkan amin sampai tiga kali. Jawab Rasulullah, ketika saya khotbah, Jibril datang. Kemudian berbisik, aminkan doaku (Jibril),” lanjutnya.
Doa yang dipanjatkan malaikat Jibril ialah, meminta agar mengabaikan puasa umat Nabi Muhammad apabila memasuki bulan Ramadan tidak melakukan hal-hal berikut. Yaitu, tidak memohon maaf kepada kedua orang tuanya, suami istri tidak saling memaafkan, dan orang yang sebelum masuk bulan puasa tidak meminta maaf.
“Mungkin dari keterangan ini, dipahami oleh para ulama bahwa ketika masuk bulan Ramadan diharapkan meminta maaf sesuai dengan doa malaikat Jibril. Bagaimana dengan yang tidak memiliki orang tua, ya caranya ziarah kubur. Meminta kepada Allah agar dosa orang tuanya dimaafkan. Mungkin dari sini menjadi tradisi,” lanjutnya.