Bulan suci menjadi berkah tersendiri bagi penjual bunga di makam. Jika dibanding hari biasa, pendapatan mereka bisa berlipat jika dibanding hari biasa.
——————————————————————————————————
FUAD ALYZEN, Pasuruan, Radar Bromo
——————————————————————————————————
“MONGGO kembang e. Mumpung masih segar semuanya,” ucap Saadah, 60, warga Bugul Kidul. Saat ditemui Rabu (21/3) sore, dia Nampak sibuk mengemas bunga-bunga ke dalam kresek kecil. Tiap kreseknya beda harga. Tergantung banyaknya isi bunga.
Sudah dua tahun ini Saadah berjualan bunga di areal TPU Bugul Kidul, setelah berhenti bekerja dari home industri. Biasanya dia berjualan tiak Kamis sore dan Jumat pagi. Tapi menjelang Ramadan, Saadah sudah berjualan sejak sepekan lalu. Pundi-pundi rupiah sudah dia dapat.
Meski baru dua tahun dan saingannya banyak, berjualan bunga di makam disebutnya, bisa menambah ekonomi keluarga. Dia biasanya kulakan bunga di Bangil dan Rembang. “Belinya ker kresek besar. Isinya sedap malam, mawar dan pacar air. Ada juga Semuanya lalu dicampur dan diecer,” kata Saadah.
Saadah bilang, pembeli biasanya lebih banyak memilih yang eceran dan sudah dikemas kresek kecil. Mereka juga tak memilih jenis bunga. “Pokoknya beli sak gandengan (campuran, red) buat ditabur di makam. Dari hasil kulakan, jarang ada sisa. Jikapun ada biasanya sedikit dan saya tabur sendiri di makam orangtua sendiri. He…he…he…,” katanya.
Di lokasi TPU Purutrjo 1 juga sama. Jika biasanya di hari biasa hanya ada segelintir penjual bunga, menjelang Ramadan banyak pedagang dadakan. Salah satunya Halimah, 53, warga Karangwingko. Dia berjualan di lapaknya yang terbuat dari bambu.