24.9 C
Probolinggo
Monday, May 29, 2023

Industri Logam di Pasuruan Ikut Terimbas Dolar Naik, Produsen Siasati Ubah Kualitas

PASURUAN – Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus melemah saat ini cukup mengganggu produksi logam di Kota Pasuruan. Bahkan, para pelaku usaha di Sentra Industri Logam itu harus memutar otak. Sebab, melemahnya rupiah membuat harga bahan baku yang diimpor dari luar negeri turut melambung.

Hal itu disampaikan Ketua Forum Peduli Logam (Forpilog) Kota Pasuruan, Achmad Nuchan. Menurutnya, kondisi industri logam itu sejatinya telah menurun sejak adanya kebijakan pemerintah yang membuka keran perdagangan bebas. Sehingga mengakibatkan produk logam yang dihasilkan perajin lokal kalah besaing dengan produk-produk impor.

“Jadi banyak faktor yang menyebabkan industri logam disini seolah hidup segan mati tak mau. Kemudian ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah sekarang ini,” katanya.

Nuchan menyebut, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah itu membuat pelaku usaha logam mengerem produksi. Menurut dia, banyak pelaku usaha yang saat ini mengurangi kuantitas produksi. Itu karena bahan baku yang dibutuhkan, diimpor dari luar negeri.

Baca Juga:  Polisi Yakin Eks Ketua PSSI Tidak Sendirian saat Korupsi, Uangnya Diduga Sudah Dibagi

“Sedangkan harganya naik kena imbas melemahnya rupiah. Kami mau menaikkan harga jual produk juga tidak bisa, karena kalah bersaing dengan produk dari Tiongkok misalnya,” ungkap Nuchan.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa saat ini beberapa pelaku usaha logam banyak yang mulai menyiasati kualitas produksi. Hal itu terpaksa dilakukan untuk menekan biaya produksi yang mesti dikeluarkan para perajin.

“Kami menyiasatinya dengan mengubah formula bahan bakunya, tapi konsekuensinya ya tentu berdampak pada kualitasnya yang menurun. Tapi ini hanya berlangsung saat kondisi seperti ini saja. Kalau harga bahan baku normal, otomatis kualitasnya juga ikut membaik,” jelasnya.

Hal senada juga diutarakan Santoso, salah seorang pelaku usaha logam. Ia mengaku, dirinya dan pelaku usaha lain harus mengeluarkan modal lebih besar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Pasalnya, sebagian besar bahan baku seperti kuningan dan almunium yang digunakan mengalami kenaikan harga.

Baca Juga:  Pemkot Pasuruan Ajukan Rp 7,5 Miliar untuk Kawasan Industri Logam

“Sampai sekarang ini masih belum turun. Kenaikannya sekitar Rp 4 ribu per kilogramnya,” urai Santoso.

Untuk itu, Santoso mengantisipasi kerugian yang memungkinkan dialaminya. Akhirnya ia memilih untuk mengurangi jumlah produksi. Ia mengaku, dirinya tak melayani pemesanan baru hingga kondisi membaik.

“Ya terpaksa memang, karena kalau dipaksakan tentu akan berdampak pada kerugian. Jadi sementara produksinya sesuai dengan pesanan yang masih belum rampung,” tandasnya. (tom/fun)

PASURUAN – Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terus melemah saat ini cukup mengganggu produksi logam di Kota Pasuruan. Bahkan, para pelaku usaha di Sentra Industri Logam itu harus memutar otak. Sebab, melemahnya rupiah membuat harga bahan baku yang diimpor dari luar negeri turut melambung.

Hal itu disampaikan Ketua Forum Peduli Logam (Forpilog) Kota Pasuruan, Achmad Nuchan. Menurutnya, kondisi industri logam itu sejatinya telah menurun sejak adanya kebijakan pemerintah yang membuka keran perdagangan bebas. Sehingga mengakibatkan produk logam yang dihasilkan perajin lokal kalah besaing dengan produk-produk impor.

“Jadi banyak faktor yang menyebabkan industri logam disini seolah hidup segan mati tak mau. Kemudian ditambah dengan melemahnya nilai tukar rupiah sekarang ini,” katanya.

Nuchan menyebut, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah itu membuat pelaku usaha logam mengerem produksi. Menurut dia, banyak pelaku usaha yang saat ini mengurangi kuantitas produksi. Itu karena bahan baku yang dibutuhkan, diimpor dari luar negeri.

Baca Juga:  Dari Besi Kuno, Mulyonono Geluti Kerajinan Benda Pusaka Baru

“Sedangkan harganya naik kena imbas melemahnya rupiah. Kami mau menaikkan harga jual produk juga tidak bisa, karena kalah bersaing dengan produk dari Tiongkok misalnya,” ungkap Nuchan.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa saat ini beberapa pelaku usaha logam banyak yang mulai menyiasati kualitas produksi. Hal itu terpaksa dilakukan untuk menekan biaya produksi yang mesti dikeluarkan para perajin.

“Kami menyiasatinya dengan mengubah formula bahan bakunya, tapi konsekuensinya ya tentu berdampak pada kualitasnya yang menurun. Tapi ini hanya berlangsung saat kondisi seperti ini saja. Kalau harga bahan baku normal, otomatis kualitasnya juga ikut membaik,” jelasnya.

Hal senada juga diutarakan Santoso, salah seorang pelaku usaha logam. Ia mengaku, dirinya dan pelaku usaha lain harus mengeluarkan modal lebih besar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Pasalnya, sebagian besar bahan baku seperti kuningan dan almunium yang digunakan mengalami kenaikan harga.

Baca Juga:  Retribusi Logam Lampaui Target di Tahun 2022

“Sampai sekarang ini masih belum turun. Kenaikannya sekitar Rp 4 ribu per kilogramnya,” urai Santoso.

Untuk itu, Santoso mengantisipasi kerugian yang memungkinkan dialaminya. Akhirnya ia memilih untuk mengurangi jumlah produksi. Ia mengaku, dirinya tak melayani pemesanan baru hingga kondisi membaik.

“Ya terpaksa memang, karena kalau dipaksakan tentu akan berdampak pada kerugian. Jadi sementara produksinya sesuai dengan pesanan yang masih belum rampung,” tandasnya. (tom/fun)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru