Berawal dari persoalan sampah di Desa Randupitu, komunitas Pempes (Pemuda Pemudi Sampah) dibentuk. Upayanya menyadarkan warga sekitar untuk ikut mengelola sampah, patut diacungi jempol.
——————–
Komunitas ini sudah dibentuk sejak Oktober 2017 silam. Berawal dari persoalan sampah di kawasan Randupitu, dan acapkali mengganggu kebersihan. Betapa tidak, desa ini termasuk pemukiman padat dan dihuni banyak warga. Belum lagi, semakin sempitnya lahan untuk membuang sampah.

Hingga kemudian, banyak pemuda yang inisiatif untuk membangun tempat pembuangan sampah (TPS) sementara. Para pemuda itu diantaranya Masrufan, Sulkan, Mustofa, M. Fuad, Nur Cholis dan Imron. Mereka sering melakukan pertemuan untuk berunding dan menyusun ide pengelolaan sampah.
Setelah bermusyawarah, kegiatan pertemuan itu lalu disosialisasi ke warga dalam forum rembug desa tentang inisiatif mereka untuk mengelola sampah. Dalam rembug desa tersebut dihasilkan sebuah kesepakatan yaitu. Di antaranya warga bersedia menampung sampah dalam tempat yang di letakkan di halaman depan rumah masing-masing, sampah tersebut diambil 2 hari sekali dan warga bersedia membayar iuran sampah sebesar Rp 15.000 perbulan yang dapat diangsur setiap hari.
Setelah warga setuju, para pemuda tersebut menghadap kepala desa untuk menyampaikan hasil musyawarah bersama warga untuk mengolah sampah. Dan gayung pun bersambut lantaran Pemdes menyambut baik rencana itu.
Kemudian mereka memulai kegiatan mengolah sampah dan memakai TPS sementara saat ini di Dusun Gesing. Dalam mengangkut sampah menuju TPS mereka menggunakan mobil pikap milik salah satu pemuda yaitu M Fuad. Bahkan Kepala Desa Randupitu mengeluarkan SK (Surat Keputusan) tentang pencatatan organisasi Pempes (Pemuda Peduli Sampah).
“Pengelolaan sampah oleh komunitas ini begitu rapi. Bahkan mengedepankan lingkungan dan kesehatan,” beber drg Tetra Ikawati, Kepala Puskesmas Kepulungan, Kecamatan Gempol.
Tak hanya itu, dana awal dari hasil pengelolaan sampah tersebut gunakan untuk melakukan penghijauan berupa taman di sepanjang tepi jalan depan sekolah Mts Al-Faqihiyah. Dengan adanya kegiatan tersebut, Komunitas Pempes mendapatkan bantuan satu buah unit motor roda tiga dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan.
“Motor ini sekarang yang dimanfaatkan untuk mengangkut sampah rumah tangga,” imbuh Tetra Ikawati.
Bahkan, pengelolaan sampah untuk daur ulang, kini mengarah pada bank sampah. Sejauh ini rencana komunitas Pempes yang belum terwujud adalah menyadarkan semua warga akan pentingnya mengelola sampah dan memanfaatkan sampah yang masih bisa di daur ulang.
Karena masih ada warga yang belum setuju akan adanya program pengelolaan sampah tersebut dengan alasan mereka mampunyai cara sendiri untuk mengolah sampah dengan cara membakar di halaman belakang rumah mereka. (zal/fun)