29.4 C
Probolinggo
Friday, June 9, 2023

Terungkap, Kecelakaan Kerja di Jatim Mayoritas Dipicu Human Error

KANIGARAN–Risiko kecelakaan kerja akibat kelalaian manusia atau human error, angkanya cukup tinggi. Angkanya mencapai 88 persen. Jauh lebih tinggi dari penyebab lainnya seperti peralatan yang berada di posisi kedua dengan 10 persen dan karena faktor alam sebesar 2 persen.

Hal itu diungkapkan Heri Mulyanto dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Dinkes Kota Probolinggo di Bale Hinggil, Kamis (6/12). Kegiatan itu merupakan rangkaian hasil kunjungan studi tiru kader Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK).

Tiga penyebab kecelakaan kerja itu, menurut pria yang akrab disapa Heri tersebut, jelas akan mengganggu produktivitas kerja. “Efeknya pasti akan ada yang kacau. Minimal ada pekerjaan yang tertunda,” ujarnya. Karena itu, kader Pos UKK menurut Heri harus paham faktor risiko kerja serta cara mengantisipasinya.

Lebih lanjut Heri mengungkapkan, dengan masa kerja produktif 40 tahun, manusia menghabiskan sepertiga hari atau sekitar 8 jam di tempat kerja. Bahkan, untuk pekerja media atau hiburan bisa lebih dari itu. Tentu lama waktu bekerja ini meningkatkan risiko penyakit dan kecelakaan.

“Gangguan kerja yang pernah kita alami salah satunya pegel-pegel,” ujarnya. Heri mengingatkan kepada kader Pos UKK untuk mencatat risiko di tempat kerja serta melakukan penilaian risiko. “Serta, mencatat upaya untuk mengatasi risiko tersebut,” ujarnya.

Baca Juga:  Hujan Masih Kerap Terjadi di Bulan Juni, Ini Penjelasannya

Sementara itu, dr Nurul Hasanah Hidayati, moderator FGD mengatakan, diskusi ini membahas tentang upaya kesehatan kerja terintegrasi. “Tujuannya, untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor risiko kerja serta antisipasi kecelakaan dan dampak penyakit karena kerja,” terang perempuan yang menjabat Kabid Kesehatan Masyarakat itu.

Dalam FGD tersebut, Dinkes mengundang dua narasumber. Selain Heri, ada juga  Koordinator Program Studi Keselamatan Kerja dan Hiperkes Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dr Erwin Dyah Nawawinetu.

Sebelum diskusi dimulai, ditampilkan video kegiatan studi tiru ke Kabupaten Pasuruan. Menurut Ida, setiap kegiatan kerja memiliki faktor risiko pekerjaan.  Seperti di Kampung Pia yang memiliki risiko tertentu. Termasuk pekerja yang duduk-duduk di kantor, juga punya risiko pekerjaan.

Di sisi lain, dr Erwin Dyah Nawawinetu menyampaikan tentang faktor bahaya kesehatan di tempat kerja. “Semua pekerja ada faktor bahaya.  Baik yang formal dan informal. Sektor informal ada pada diri sendiri.  Kita harus berdaya dan mengendalikan faktor bahaya di tempat kita,” ujarnya.

Baca Juga:  Pekerja Tewas Tertimpa Galvalum di Gudang Material Wonorejo

Sektor informal biasanya sektor usaha kecil, pekerja yang masuk tidak perlu persyaratan khusus. Meskipun faktanya jumlah mereka jauh lebih besar daripada yang bekerja di sektor formal.

“Justru jumlah pekerja yang paling banyak ada di sektor informal.  Ini yang harus jadi perhatian. Diperlukan bantuan dari semua pihak, termasuk Pos UKK,” ujarnya. Pos UKK adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat. Pos UKK memberikan pelayanan kesehatan dasar yang upayanya berkesinambungan, teratur, dan terencana.

“Seperti pada pekerja bakpia, ada pekerja yang tidak mengenakan masker. Belum lagi kalau mereka ke toilet, kemudian cuci tangan tidak benar. Ini yang perlu bimbingan dari kader,” lanjutnya. Menurutnya, setiap kader harus memiliki catatan tentang risiko pekerjaan. Setiap Pos UKK harus punya papan informasi untuk upaya pelindung diri.

Menurut dr. Erwin, kader juga harus mendorong lingkungan kerja yang sehat. Seperti aliran udara, pengolahan limbah, serta mendorong masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatan.

Kader Pos UKK dalam diskusi kemarin, dibagi dalam kelompok-kelompok per puskesmas. Dalam setiap kelompok, dilakukan diskusi mengenai situasi Pos UKK di masing-masing kecamatan dan dipresentasikan. (put/hn)

 

KANIGARAN–Risiko kecelakaan kerja akibat kelalaian manusia atau human error, angkanya cukup tinggi. Angkanya mencapai 88 persen. Jauh lebih tinggi dari penyebab lainnya seperti peralatan yang berada di posisi kedua dengan 10 persen dan karena faktor alam sebesar 2 persen.

Hal itu diungkapkan Heri Mulyanto dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Dinkes Kota Probolinggo di Bale Hinggil, Kamis (6/12). Kegiatan itu merupakan rangkaian hasil kunjungan studi tiru kader Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK).

Tiga penyebab kecelakaan kerja itu, menurut pria yang akrab disapa Heri tersebut, jelas akan mengganggu produktivitas kerja. “Efeknya pasti akan ada yang kacau. Minimal ada pekerjaan yang tertunda,” ujarnya. Karena itu, kader Pos UKK menurut Heri harus paham faktor risiko kerja serta cara mengantisipasinya.

Lebih lanjut Heri mengungkapkan, dengan masa kerja produktif 40 tahun, manusia menghabiskan sepertiga hari atau sekitar 8 jam di tempat kerja. Bahkan, untuk pekerja media atau hiburan bisa lebih dari itu. Tentu lama waktu bekerja ini meningkatkan risiko penyakit dan kecelakaan.

“Gangguan kerja yang pernah kita alami salah satunya pegel-pegel,” ujarnya. Heri mengingatkan kepada kader Pos UKK untuk mencatat risiko di tempat kerja serta melakukan penilaian risiko. “Serta, mencatat upaya untuk mengatasi risiko tersebut,” ujarnya.

Baca Juga:  Izin Sudah Dilengkapi Pemiliknya, Satpol PP Copot Segel Pabrik PT MJS

Sementara itu, dr Nurul Hasanah Hidayati, moderator FGD mengatakan, diskusi ini membahas tentang upaya kesehatan kerja terintegrasi. “Tujuannya, untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor risiko kerja serta antisipasi kecelakaan dan dampak penyakit karena kerja,” terang perempuan yang menjabat Kabid Kesehatan Masyarakat itu.

Dalam FGD tersebut, Dinkes mengundang dua narasumber. Selain Heri, ada juga  Koordinator Program Studi Keselamatan Kerja dan Hiperkes Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dr Erwin Dyah Nawawinetu.

Sebelum diskusi dimulai, ditampilkan video kegiatan studi tiru ke Kabupaten Pasuruan. Menurut Ida, setiap kegiatan kerja memiliki faktor risiko pekerjaan.  Seperti di Kampung Pia yang memiliki risiko tertentu. Termasuk pekerja yang duduk-duduk di kantor, juga punya risiko pekerjaan.

Di sisi lain, dr Erwin Dyah Nawawinetu menyampaikan tentang faktor bahaya kesehatan di tempat kerja. “Semua pekerja ada faktor bahaya.  Baik yang formal dan informal. Sektor informal ada pada diri sendiri.  Kita harus berdaya dan mengendalikan faktor bahaya di tempat kita,” ujarnya.

Baca Juga:  Rumah Warga di Dandanggendis-Nguling Dibondet, Diduga Dipicu Konflik Keluarga

Sektor informal biasanya sektor usaha kecil, pekerja yang masuk tidak perlu persyaratan khusus. Meskipun faktanya jumlah mereka jauh lebih besar daripada yang bekerja di sektor formal.

“Justru jumlah pekerja yang paling banyak ada di sektor informal.  Ini yang harus jadi perhatian. Diperlukan bantuan dari semua pihak, termasuk Pos UKK,” ujarnya. Pos UKK adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat. Pos UKK memberikan pelayanan kesehatan dasar yang upayanya berkesinambungan, teratur, dan terencana.

“Seperti pada pekerja bakpia, ada pekerja yang tidak mengenakan masker. Belum lagi kalau mereka ke toilet, kemudian cuci tangan tidak benar. Ini yang perlu bimbingan dari kader,” lanjutnya. Menurutnya, setiap kader harus memiliki catatan tentang risiko pekerjaan. Setiap Pos UKK harus punya papan informasi untuk upaya pelindung diri.

Menurut dr. Erwin, kader juga harus mendorong lingkungan kerja yang sehat. Seperti aliran udara, pengolahan limbah, serta mendorong masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatan.

Kader Pos UKK dalam diskusi kemarin, dibagi dalam kelompok-kelompok per puskesmas. Dalam setiap kelompok, dilakukan diskusi mengenai situasi Pos UKK di masing-masing kecamatan dan dipresentasikan. (put/hn)

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru