PASURUAN – Insiden peluru nyasar di Desa Semedusari, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, masih menyisakan tanda tanya. Pasalnya hingga saat ini belum ada pihak aparat keamanan yang mengakui kepemilikan proyektil, yang mengenai pelipis Soliha, 45.
Sebelumnya, Humas Kolatmar TNI AL Grati Mayor Marinir Yopie memastikan bahwa proyektil tersebut bukan milik anggotanya. Sebab, saat insiden itu berlangsung, tidak ada anggota Marinir yang sedang menjalani latihan di kawasan tersebut.
Lokasi Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) tersebut, saat insiden itu terjadi, tengah dipinjam Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) 10 untuk latihan. Lantaran itu, Marinir menepis jika proyektil itu berasal dari senjata api milik anggotanya.
Sementara, Jawa Pos Radar Bromo berusaha mendapatkan keterangan lebih jelas dari pihak Yonzipur 10 yang disebut tengah menjalankan latihan di kawasan setempat. Kemarin (4/7), koran ini telah menghubungi Pasi Intel Yonzipur 10 Kostrad Lettu Husein untuk mengonfirmasi hal itu.
Sayangnya, ia enggan banyak berkomentar. Begitu pula saat wartawan meminta waktu untuk wawancara, ia tak menanggapi. Ia berdalih, pihaknya memang telah berencana untuk memberikan keterangan secara gamblang mengenai insiden itu.
“Saya juga mau ngasih informasi tapi sudah di update di koran kok. Ya sudah santai aja,” ucapnya sambil memutus sambungan telepon.
Diberitakan sebelumnya, pasutri Asmat dan Soliha menjadi korban peluru nyasar, Selasa (2/7) pagi. Saat itu, Asmat bersama Soliha sedang bercengkerama bersama keluarganya.
Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah. Usai dicek, ditemukan sebuah peluru berwarna kuning di bawah kaca meja. Pelipis kiri Soliha terluka mengalami luka berdarah terserempet peluru. Tidak hanya itu, kaca depan rumah dan kaca meja pun hancur. (tom/fun)