BANGIL – Warga Satak, Desa Manaruwi, Kecamatan Bangil, diselimuti rasa cemas. Itu, disebabkan ambrolnya plengsengan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan. Insiden ambrolnya plengsengan tersebut berlangsung Minggu (3/2).
Menurut Sumitro, 50, warga desa setempat, sebelum ambrol plengsengan yang dibangun tahun 2000 itu sudah mulai retak-retak. Kondisi tersebut sudah diketahuinya sejak lima hari sebelumnya. Ia pun sempat melakukan pengecekan ke sungai. Itu, dilakukannya untuk melihat fondasi sungai.
“Kondisinya memang sudah ngerong (tergerus, Red),” kata Sumitro. Potensi ambrolnya plengsengan itu, memang sudah diperkirakan. Hingga Minggu sore kemudian, petaka itu benar-benar terjadi. Tidak ada bajir ataupun hujan, tiba-tiba saja plengsengan tersebut runtuh.
Sumitro mengatakan, waktu itu air sungai mengalir seperti biasa. Tidak deras. Karena memang tidak hujan. Volumenya pun normal. Plengsengan yang ambrol tersebut cukup panjang. Mencapai kisaran 50 meter. Di mana ketinggiannya berkisar 6 sampai 8 meter.
Ia berharap adanya penanganan dari instansi terkait. Karena plengsengan yang jebol itu berdekatan dengan perkampungan. Ia khawatir, tanggul sungai jebol. Sehingga, banjir pun tak bisa terhindarkan. “Bukan hanya rumah saya yang terancam. Tetapi, juga rumah warga di sini. Karenanya, kami berharap ada penanganan,” pintanya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengungkapkan, pihaknya sudah melaporkan kerusakan plengsengan tersebut ke BBWS. Karena sungai setempat merupakan kewenangan BBWS Brantas. “Kami sudah melaporkan ke BBWS selaku pemilik kewenangan,” urainya.
Pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Dinas SDA dan Tata Ruang Kabupaten Pasuruan untuk melakukan penanganan kedaruratan. Sementara waktu, pihaknya menutup lokasi dengan terpal. Supaya, ketika hujan dan volume air tinggi, tidak semakin menggerus tanggul. (zal/fun)