PASURUAN, Radar Bromo – Dari tiga daerah di Pasuruan-Probolinggo, hanya Kota Pasuruan yang gagal menyumbang medali emas untuk kontingen Jatim. Namun, bila dibandingkan PON sebelumnya, raihan PON kali ini sedikit lebih baik.
Misalnya saja Adam Al Maliki yang bertanding sebagai kiper dalam tim hoki ruangan. Untuk kategori putra, timnya meraih medali perunggu. Belum lagi duet kakak beradik Emilia dan Annabela yang bertanding di nomor pertandingan 9 balls ganda putri juga mendapat medali perunggu.
Emilia sendiri mendapat medali perunggu saat bertanding di nomor pertandingan 9 balls putri. Sedangkan, Annabela sukses meraih medali perak di nomor pertandingan yang sama.
Ketua KONI Kota Pasuruan Gangsar Sulistyarso menyebut, raihan prestasi atlet di PON XX Papua tidak terlepas dari intensitas pemusatan latihan (puslat) di setiap cabang olahraga (cabor). Menurut Gangsar, KONI mengubah ‘tradisi’ puslat yang biasanya ditekankan ketika menjelang kejuaraan.
“Jadi mulai 2017 kami benahi sistem keolahragaan. Karena amanat Perpres Nomor 95/2017 itu mengharuskan puslat dilakukan terus-menerus, berjenjang, dan dalam jangka waktu yang lama,” kata Gangsar.
Karena itu, seluruh cabor yang ada di bawah naungan KONI melakukan puslat setiap tahun. Mereka yang masuk puslat adalah pemenang dalam kejuaraan kota (kejurkot). Kata Gangsar, hal itu sebagai tolok ukur atlet yang memang layak mendapat kesempatan dalam puslat. Cabor juga diminta menyediakan lebih dari separo anggaran untuk puslat. “Jadi, khusus pemusataan latihan, cabor mengalokasikan minimal 60 persen dari anggarannya,” beber Gangsar.
Di samping itu, kompetisi di internal cabor juga semakin ketat. Karena dalam jangka waktu tertentu terus dilakukan evaluasi. Atlet yang masuk puslat biasanya ditandingkan dengan atlet yang tidak masuk puslat. Sehingga mereka saling berkompetisi menjadi yang terbaik.