29.2 C
Probolinggo
Tuesday, May 30, 2023

Gerakan Cinta Kota

Oleh: Rozi Al Jufrie, Jurnalis Tinggal di Pasuruan


ALUN-Alun Kota Pasuruan menjadi sentra perhatian. Begitu penting dan besarnya wacana soal alun-alun ini, sampai perlu pengawasan ekstra petugas. Setiap hari, setiap waktu, 24 jam.

Langkah-langkah tersusun rapi. Dari sosialisasi, imbauan, teguran, sampai sanksi tegas. Petugas jaga, satpol PP, pegawai dinas, hingga polisi dan tentara pun turun mengawasi. Operasi dilakukan terhadap becak motor, pedagang kaki lima, tukang parkir. Juga pengunjung dan pemilik kendaraan.

Pengawasan mencengkeram. Sekaligus menghebohkan. Sebut saja tindakan Dishub Kota Pasuruan menderek Toyota Kijang Innova silver yang parkir di dekat Masjid Agung Al Anwar. Berani-beraninya sopir parkir di dekat payung Madinah.

Baca Juga:  Keutamaan Tadarus Alquran

Proyek payung prestisius itu berbulan-bulan menjadi magnet opini dan keingintahuan. Menjadi bahasan dalam dunia nyata maupun maya. Di warung kopi, lapangan sepak bola, jamaah rutinan, gedung pemerintahan, sampai di TikTok, YouTube, Instagram, Facebook, dan grup-grup WhatApp.

Sebegitu besar rasa penasaran masyarakat pada capaian program pembangunan tersebut. Sangat detail. Insiden payung tidak membuka sempurna saja viral. Air hujan ngantong di membran tidak kalah viral. Begitu pula keindahannya saat mengembang. Eksotismenya saat menaungi jamaah pengajian dan salawatan. Besarnya perhatian jamaah Jumatan yang terkagum-kagum. Lebih-lebih wisatawan religi dari berbagai daerah.

Atensi terhadap payung seakan mengalahkan kepedulian terhadap masalah-masalah lain di sekitar kota. Misalnya, bagaimana efek suara Pasuruan Resik yang dinyanyikan Cak Sodiq? Mulai pukul berapa para petugas kebersihan harus mulai menyapu. Pukul berapa jalanan kota harus bersih dari sampah. Pukul berapa sampah-sampah itu harus diangkut ke TPS dan TPA.

Baca Juga:  Bahasa Daerah sebagai Solusi Penyebaran Informasi dan Alat Mengakrabkan Diri

Pengawasan terhadap hal-hal kecil sangat penting artinya sebelum mengawasi problem-problem besar perkotaan. Kontrol terhadap jalur pemungutan retribusi daerah. Audit terhadap capaian perolehan PBB dan BPTHB. Lebih fokus pada sumber-sumber pendapatan kelas kakap.

Oleh: Rozi Al Jufrie, Jurnalis Tinggal di Pasuruan


ALUN-Alun Kota Pasuruan menjadi sentra perhatian. Begitu penting dan besarnya wacana soal alun-alun ini, sampai perlu pengawasan ekstra petugas. Setiap hari, setiap waktu, 24 jam.

Langkah-langkah tersusun rapi. Dari sosialisasi, imbauan, teguran, sampai sanksi tegas. Petugas jaga, satpol PP, pegawai dinas, hingga polisi dan tentara pun turun mengawasi. Operasi dilakukan terhadap becak motor, pedagang kaki lima, tukang parkir. Juga pengunjung dan pemilik kendaraan.

Pengawasan mencengkeram. Sekaligus menghebohkan. Sebut saja tindakan Dishub Kota Pasuruan menderek Toyota Kijang Innova silver yang parkir di dekat Masjid Agung Al Anwar. Berani-beraninya sopir parkir di dekat payung Madinah.

Baca Juga:  PMI: Sulit Cari Golongan Darah B dan O

Proyek payung prestisius itu berbulan-bulan menjadi magnet opini dan keingintahuan. Menjadi bahasan dalam dunia nyata maupun maya. Di warung kopi, lapangan sepak bola, jamaah rutinan, gedung pemerintahan, sampai di TikTok, YouTube, Instagram, Facebook, dan grup-grup WhatApp.

Sebegitu besar rasa penasaran masyarakat pada capaian program pembangunan tersebut. Sangat detail. Insiden payung tidak membuka sempurna saja viral. Air hujan ngantong di membran tidak kalah viral. Begitu pula keindahannya saat mengembang. Eksotismenya saat menaungi jamaah pengajian dan salawatan. Besarnya perhatian jamaah Jumatan yang terkagum-kagum. Lebih-lebih wisatawan religi dari berbagai daerah.

Atensi terhadap payung seakan mengalahkan kepedulian terhadap masalah-masalah lain di sekitar kota. Misalnya, bagaimana efek suara Pasuruan Resik yang dinyanyikan Cak Sodiq? Mulai pukul berapa para petugas kebersihan harus mulai menyapu. Pukul berapa jalanan kota harus bersih dari sampah. Pukul berapa sampah-sampah itu harus diangkut ke TPS dan TPA.

Baca Juga:  Pemkot Gelontor Rp 3,1 Miliar untuk 1.280 Guru Ngaji

Pengawasan terhadap hal-hal kecil sangat penting artinya sebelum mengawasi problem-problem besar perkotaan. Kontrol terhadap jalur pemungutan retribusi daerah. Audit terhadap capaian perolehan PBB dan BPTHB. Lebih fokus pada sumber-sumber pendapatan kelas kakap.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru