27.2 C
Probolinggo
Thursday, March 30, 2023

Tausiyah Kebangsaan Puncaki Peringatan Hari Santri di Kota Probolinggo

KANIGARAN, Radar Bromo-Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 di Kota Probolinggo dipuncaki dengan Tausiyah Kebangsaan, Selasa malam (22/10). Agenda itu menghadirkan Habib Taufiq Assegaf, pengasuh ponpes As Sunni Salafiyah Pasuruan.

Acara yang digelar di Jalan PB Sudirman, depan kantor sekretariat daerah Pemkot Probolinggo itu dihadiri ribuan warga.  Sebagian diantaranya, peserta pawai HSN.

DARI SANTRI UNTUK NEGERI: Habib Taufiq Assegaf duduk bersama Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan wawali Moch Soufis Subri. (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

Tausiyah kebangsaan itu diawali oleh penampilan Majelis Rotib dan salawat Dhloul Mustofa Cahaya Rasulullah. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan pembacaan Ayat suci Alquran.

Selain dihadiri Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan Wawali Moch Soufis Subri, acara itu juga dihadiri forkopimda dan sejumlah pejabat. Serta ribuan santri.

Dandim 0820 Letkol Inf Imam Wibowo dalam sambutannya mengatakan, santri memiliki peran yang besar dalam perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI. “Termasuk salah satunya adalah Panglima Sudirman. Beliau juga seorang santri,” ujarnya.

MEMBELUDAK: Ribuan santri memenuhi pengajian dan tausiyah kebangsaan, Selasa malam (22/10). (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Dandim juga berpesan di tengah globalisasi saat ini, ada dampak positif dan negatif. Orang-orang di luar negeri banyak yang kagum dengan Indonesia karena  dengan keberagamannya. Tapi, tetap bersatu.

Baca Juga:  Tarik Investor ke Probolinggo dengan Pelayanan Perizinan

“Yang bisa menjaga persatuan bangsa adalah kita. Yang bisa mencegah penyebaran hoax dan radikalisme adalah Kita. Anda adalah duta yang akan terjun ke masyarakat dan menyongsong bansa yang maju dan NKRI tetap harga Mati,” tegasnya.

MEMBELUDAK: Ribuan santri memenuhi pengajian dan tausiyah kebangsaan, Selasa malam (22/10). (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Sementara itu Kapolresta AKBP Ambariyadi Wijaya dalam sambutannya  menyampaikan bahwa Santri adalah asat bangsa. Pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri sebagai bentuk apresiasi perjuangan santri baik secara fisik mau doa untuk perjuangan kemerdekaan bangsa.

Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin mengungkapkan, dalam UU 18 tahun 2019 tentang Pondok Pesantren memastikan, pemerintah mendukung kegiatan Pondok pesantren. “Tidak ada lagi perbedaan lulusan Pondok pesantren dan lembaga lain. Santri memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa,” terangnya.

Habib Hadi –apaan akrab wali kota- menilai, momentum hari santri perlu ditransformasikan sebagai bentuk kecintaan kebangsaan. Seiring dengan berkembangnya globalisasi banyak paham-paham asing masuk ke Indonesia.

“Banyak orang diluar sana tidak mengerti dan hanya mengandalkan logika. Saya di pemerintahan mengambil langkah-langkah tegas untuk melakukan hal terbaik bagi lingkungan kita,” ujarnya. Sebelum dilanjutkan dengan taushiyah kebangsaan, jamaah pengajian melantunkan salawat bersama.

Baca Juga:  Dorong Karya Tulis Ikut Gerakkan Nilai-Nilai GNRM
DARI SANTRI UNTUK NEGERI: Habib Taufiq Assegaf duduk bersama Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan wawali Moch Soufis Subri. (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Sementara itu, Habib Taufiq Assegaf dalam tausiyahnya menekankan tentang makna ilmu santri serta nilai-nilai kebangsaan yang tumbuh di kalangan santri. “Manusia yang mencari ilmu itu ada 3 macam. Pertama, mencari ilmu ikhlas untuk mengamalkan,” ujarnya.

“Santri yg tulus dan hebat sekali. Siapa yg mencari ilmu untuk mengamalkan maka jalan menuju surga akan dimudahkan,” ujarnya.

Namun ada juga orang yang mencari ilmu dengan tujuan ketenaran maupun mencari keuntungan. Orang yang paling hebat dalam mencari ilmu adalah orang yang tulus dalam mengamalkan ilmu.

“Santri adalah pejuang negeri ini, tidak bisa dipungkiri. Pejuang membela agama dan melawan penjajah. Dahulu Diponegoro mengahdapi penjajah, Imam bonjol berjuang melawan penjajah. Mereka adalah santri. Mereka adalah pejuang yang siap menumpahkan darah bagi Negeri tercinta,” ujarnya.

Acara taushiyah Kebangsaan dipungkasi dengan menyanyikan La Yal Wathon. (put/mie)

 

KANIGARAN, Radar Bromo-Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 di Kota Probolinggo dipuncaki dengan Tausiyah Kebangsaan, Selasa malam (22/10). Agenda itu menghadirkan Habib Taufiq Assegaf, pengasuh ponpes As Sunni Salafiyah Pasuruan.

Acara yang digelar di Jalan PB Sudirman, depan kantor sekretariat daerah Pemkot Probolinggo itu dihadiri ribuan warga.  Sebagian diantaranya, peserta pawai HSN.

DARI SANTRI UNTUK NEGERI: Habib Taufiq Assegaf duduk bersama Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan wawali Moch Soufis Subri. (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

Tausiyah kebangsaan itu diawali oleh penampilan Majelis Rotib dan salawat Dhloul Mustofa Cahaya Rasulullah. Setelah itu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan pembacaan Ayat suci Alquran.

Selain dihadiri Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan Wawali Moch Soufis Subri, acara itu juga dihadiri forkopimda dan sejumlah pejabat. Serta ribuan santri.

Dandim 0820 Letkol Inf Imam Wibowo dalam sambutannya mengatakan, santri memiliki peran yang besar dalam perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan RI. “Termasuk salah satunya adalah Panglima Sudirman. Beliau juga seorang santri,” ujarnya.

MEMBELUDAK: Ribuan santri memenuhi pengajian dan tausiyah kebangsaan, Selasa malam (22/10). (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Dandim juga berpesan di tengah globalisasi saat ini, ada dampak positif dan negatif. Orang-orang di luar negeri banyak yang kagum dengan Indonesia karena  dengan keberagamannya. Tapi, tetap bersatu.

Baca Juga:  Dorong Karya Tulis Ikut Gerakkan Nilai-Nilai GNRM

“Yang bisa menjaga persatuan bangsa adalah kita. Yang bisa mencegah penyebaran hoax dan radikalisme adalah Kita. Anda adalah duta yang akan terjun ke masyarakat dan menyongsong bansa yang maju dan NKRI tetap harga Mati,” tegasnya.

MEMBELUDAK: Ribuan santri memenuhi pengajian dan tausiyah kebangsaan, Selasa malam (22/10). (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Sementara itu Kapolresta AKBP Ambariyadi Wijaya dalam sambutannya  menyampaikan bahwa Santri adalah asat bangsa. Pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri sebagai bentuk apresiasi perjuangan santri baik secara fisik mau doa untuk perjuangan kemerdekaan bangsa.

Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin mengungkapkan, dalam UU 18 tahun 2019 tentang Pondok Pesantren memastikan, pemerintah mendukung kegiatan Pondok pesantren. “Tidak ada lagi perbedaan lulusan Pondok pesantren dan lembaga lain. Santri memberikan manfaat bagi nusa dan bangsa,” terangnya.

Habib Hadi –apaan akrab wali kota- menilai, momentum hari santri perlu ditransformasikan sebagai bentuk kecintaan kebangsaan. Seiring dengan berkembangnya globalisasi banyak paham-paham asing masuk ke Indonesia.

“Banyak orang diluar sana tidak mengerti dan hanya mengandalkan logika. Saya di pemerintahan mengambil langkah-langkah tegas untuk melakukan hal terbaik bagi lingkungan kita,” ujarnya. Sebelum dilanjutkan dengan taushiyah kebangsaan, jamaah pengajian melantunkan salawat bersama.

Baca Juga:  2 DPRD Kota Probolinggo Positif Korona, 4 Swab Belum Turun
DARI SANTRI UNTUK NEGERI: Habib Taufiq Assegaf duduk bersama Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin dan wawali Moch Soufis Subri. (Zainal Arifin/ Radar Bromo)

 

Sementara itu, Habib Taufiq Assegaf dalam tausiyahnya menekankan tentang makna ilmu santri serta nilai-nilai kebangsaan yang tumbuh di kalangan santri. “Manusia yang mencari ilmu itu ada 3 macam. Pertama, mencari ilmu ikhlas untuk mengamalkan,” ujarnya.

“Santri yg tulus dan hebat sekali. Siapa yg mencari ilmu untuk mengamalkan maka jalan menuju surga akan dimudahkan,” ujarnya.

Namun ada juga orang yang mencari ilmu dengan tujuan ketenaran maupun mencari keuntungan. Orang yang paling hebat dalam mencari ilmu adalah orang yang tulus dalam mengamalkan ilmu.

“Santri adalah pejuang negeri ini, tidak bisa dipungkiri. Pejuang membela agama dan melawan penjajah. Dahulu Diponegoro mengahdapi penjajah, Imam bonjol berjuang melawan penjajah. Mereka adalah santri. Mereka adalah pejuang yang siap menumpahkan darah bagi Negeri tercinta,” ujarnya.

Acara taushiyah Kebangsaan dipungkasi dengan menyanyikan La Yal Wathon. (put/mie)

 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru