Mendapat label “Kota Kreatif” dari Unesco, jadi dambaan setiap daerah. Maklum, saat ini ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang paling berpengaruh dalam perekonomian dunia.
======================================================
untuk menuju kota kreatif itu, Kota Probolinggo pun sudah memulainya. Untuk meningkatkan peran serta pelaku ekonomi kreatif dalam pembangunan dan menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif di Kota Probolinggo, Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan (Bappeda Litbang) menggelar Seminar Membangun Ekosistem Ekonomi Kreatif di Kota Probolinggo.

Seminar sehari ini berlangsung di Orin Hall & Resto, pada Rabu (18/9) pagi. Kepala Bappeda Litbang Rey Suwigtyo, S.Sos., M.Si. mengungkapkan, Pemkot telah menyusun rencana aksi daerah pengembangan ekonomi kreatif Kota Probolinggo.
Hal itu sesuai Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Selain itu, pejabat yang akrab disapa Tiyok itu juga merinci, potensi ekonomi kreatif di Kota Probolinggo meliputi 15 subsektor.

Yakni, subsektor arsitektur, desain interior, perfilman dan animasi, komunikasi visual, fotografi, kuliner, kerajinan, mode fashion, musik, periklanan. Selanjutnya, seni rupa, seni pertunjukan, TV dan radio, aplikasi dan pengembangan game, hingga desain produk.
Dalam seminar kali ini, Pemkot Probolinggo berhasil menghadirkan narasumber pakarnya ekonomi kreatif yang juga Ketua Umum Indonesi Creative Cities Network (ICCN) Tubagus Fiki Chikara Satari.

Tak salah bila momen ini dimanfaatkan betul oleh 130 peserta seminar. Mereka adalah pelaku ekonomi kreatif se-Kota Probolinggo, OPD di lingkungan Pemkot Probolinggo, Bappeda Kabupaten Probolinggo, Bappeda Kota Blitar, audiensi, juga media TV hingga radio.
ICCN merupakan organisasi tingkat nasional yang bertindak bukan saja untuk menumbuhkan ekonomi kreatif di Indonesia. Tapi, juga berkontribusi menciptakan kota-kota kreatif di Indonesia.
Jejaring forum lintas komunitas kreatif ini telah berdiri sejak 2015. Hingga kini, sudah 200 lebih jejaring kota/kabupaten di Indonesia. Tentu saja sinergi dengan pemerintah melalui lembaga non kementerian, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
“Kota Probolinggo berusia 660 tahun memiliki sejarah dan budaya yang luar biasa yang tidak dimiliki daerah lainnya. Saya yakin, banyak sekali yang bisa kita gali,” ungkap Tubagus Fiki saat ditemui Jawa Pos Radar Bromo.
“Narasi-narasi sejarah, potensi yang dahsyat ini harus kita identifikasi awal. Tentunya, kita kaitkan dengan 15 subsektor yang dimiliki Kota Probolinggo. Setelah kita jahit satu sama lainnya, akan terbentuk sebuah ekosistem kreatif, barulah kita petakan bagaimana proses pertama pengembangan 15 subsektor ini,” imbuhnya.
Langkah ke dua, yakni pastikan dengan stakeholder -stakeholder terkait dengan 4 hal. Yang pertama, penelitian dan pengembangan apa produk-produk riset yang harus dikembangkan sesuai potensi prioritas tadi. Yang ke dua, dari sisi SDM, bagaimana mengidentifikasi kebutuhan SDM yang ada dan harus diadakan dari kepribadian.
Ke tiga, dari sisi produksi, bagaimana teknologi dan keberadaan mesin-mesin skill pelaku-pelaku ini bisa teridentifikasi untuk kemudian akhirnya riset, SDM, dan produksi ini bisa di-delivered oleh pasar dengan tepat sesuai permintaan pasar kemudian diekskalasi seterusnya menjadi sebuah ekosistem yang berkelanjutan.
Yang tak kalah pentingnya, menurut Fiki, bagaimana juga memetakan peran lintas stakeholder yang biasa kita sebut Pentahelix ini (Akademisi, Bisnis, Comunity, Government dan Media) saling berbagi peran satu sama lainnya. Dengan satu tujuan yang akhirnya bisa menghasilkan outcome yang maksimal.
“Intinya, komitmen bersama. Saya optimistis, kepemimpinan Bapak Wali Kota Habib dan Bapak Wakil Soufis Subri mampu mewujudkan Kota Probolinggo sebagai embrio kota kreatif di Indonesia,” terang Kang Fiki –sapaan akrab Tubagus Fiki-.

Seminar itu pun berlangsung hangat. Memperdalam peran serta pelaku ekonomi kreatif, diskusi pun berlangsung dengan dua sesi. Satu sesi berisi 3 pertanyaan.
Tentu, butuh tindak lanjut, FGD-FGD lebih lanjut mengenai ekonomi kreatif di Kota Probolinggo. “Mudah-mudahan kehadiran Kang Fiki ke Kota Probolinggo ini memicu dan memotivasi semangat pelaku ekonomi kreatif di Kota Probolinggo. Sehingga, bisa mewujukan kota kreatif. Tidak harus sama dengan Bandung, tidak harus sama dengan Malang, tidak harus sama dengan Pekalongan. Probolinggo punya potensinya sendiri yang harus kita gali bersama,” ungkap Tiyok. (*/el)