TIDAK terasa bulan suci Ramadan akan segera meninggalkan kita. Menjelang pengujung Ramadan, kita dianjurkan memperbanyak amal dan ibadah. Ramadan tinggal beberapa hari lagi, sudahkah kita jadikan momentum istimewa ini sebagai media untuk benar-benar meraih predikat takwa?
Hari terakhir Ramadan bukanlah saat untuk semata-mata menyiapkan Lebaran, bekerja kian giat agar bisa belanja pakaian dan makanan, sampai-sampai meninggalkan ibadah iktikaf.
Bagi orang yang benar-benar merasa terpanggil oleh Allah SWT, tentu ia akan jadikan Ramadan ini benar-benar berarti dalam hidupnya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin meraih keridaan Allah SWT. Satu upaya yang harus dilakukan dengan penuh keimanan dan penuh semangat di bulan suci ini ialah iktikaf, terkhusus pada sepuluh hari terakhir Ramadan.
Secara bahasa, iktikaf berarti menetapi sesuatu dan menahan diri agar senantiasa tetap berada padanya. Baik hal itu berupa kebajikan maupun keburukan. Sementara, secara istilah iktikaf bermakna menetapnya seorang muslim di dalam masjid untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT.
Iktikaf akan membantu seorang muslim mencapai derajat takwa dengan lebih sempurna. Sebab, dengan iktikaf, dia akan senantiasa terdorong untuk beribadah dengan penuh kekhusyukan. Situasi demikian tentu akan mendorong terjadinya peningkatan kualitas iman dan takwa. Orang yang beriktikaf akan terbantu untuk melakukan salat berjamaah tepat waktu, salat tarawih, salat tahajud, salat sunah, membaca Alqran, tafakur, zikir, dan beragam bentuk ibadah lainnya.
Iktikaf tidak saja mendorong kesadaran untuk memperbanyak ibadah. Tetapi, juga kesadaran untuk mencintai masjid. Kecintaan kepada masjid adalah salah satu ciri seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman;
”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS at-Taubah, 9: 18).
Meski sesungguhnya malam Lailatul Qadar tidaklah dikhususkan untuk mereka yang beriktikaf saja, tapi siapapun yang ketika malam itu menghidupkan malamnya dengan ibadah. Khususnya, di tengah keprihatinan dengan pandemi Covid-19 yang kita harapkan bisa segera hilang, maka sekiranya iktikaf tetap bisa dilaksanakan sesuai protokoler kesehatan Covid-19.
Sebagaimana hadis; “Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhari).
Ketika beriktikaf, kita dianjurkan mengisinya dengan amalan yang mustahab seperti:
1) Salat. Sebab, salat merupakan utama-utamanya ibadah dan paling besar pahalanya. “Salat merupakan hubungan langsung antardua pihak, yakni seorang hamba dengan sang Khalik. Terlebih, salat adalah tiang agama dan rukun Islam yang paling utama,
2) Memperbanyak membaca Alquran. Dengan membaca Alquran hati akan menjadi tenang dan jiwa menjadi tenteram. Terlebih, pahala membaca Alquran juga amat besar. Orang banyak membaca Alquran mandapat jaminan untuk mendapatkan syafaat di hari akhir kelak. Rasulullah SAW bersabda; “Bacalah oleh kalian Alquran. Karena sesungguhnya Alquran itu akan datang menghampiri kalian di hari kiamat sebagai syafaat.” (HR Muslim).
3) Memperbanyak Zikir. Orang yang beriktikaf dianjurkan memperbanyak zikir. Tentu saja yang diutamakan amalan-amalan yang disyariatkan dan dicontohkan Rasulullah SAW seperti: bertasbih, takmid, tahlil, istighfar, dan sebagainya.
Menurut para ulama, zikir merupakan salah satu ibadah khusus untuk bertakarub kepada Allah SWT. Sesungguhnya, menyibukkan diri saat iktikaf dengan berzikir akan mendapat pahala yang besar. Allah SWT berfirman; “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu; bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (QS Al-Baqarah [2]: 152).
4) Bersalawat. Amalan lainnya yang dianjurkan bagi orang yang beriktikaf adalah memperbanyak salawat kepada Rasulullah SAW. Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bersalawat menjadi salah satu sebab turunnya rahmat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda; “Siapa saja yang bersalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh.” (HR Muslim).
5) Mengurangi hubungan dengan orang banyak. Pada saat beriktikaf dianjurkan mengurangi hubungan dengan orang banyak. Bahkan, kata para ulama, lebih disukai jika telah selesai bertiktikaf, kita berdiam diri pada malam menjelang Idul Fitri.
Di sepuluh akhir Ramadan ini mari kita beriktikaf. Menjauh dari hiruk pikuk kehidupan dan fokus untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Semoga kita diberi keberkahan dan kemuliaan di bulan suci Ramadan. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari wabah dan balak dan menambah tawakal dan kesabaran kita. Aamiin Ya Rabbal Alamin. (*)