Dia mengilustrasikan jika penduduk muslim di Indonesia berjumlah 210 juta, maka yang berangkat sekitar 210.000. Hal ini lah yang membuat masa tunggu haji relatif lama.
“Ini tidak bisa dipaksakan agar bisa cepat, karena kan wilayah Arab Saudi tidak berkembang, kalau kapasitasnya 4 juta dan dipaksakan misal 8 juta orang nanti malah dikhawatirkan ada musibah,” ujar dia.
Meski masa tunggu relatif lama, menurutnya kesabaran menunggu giliran untuk berangkat ke Tanah Suci itu sudah dihitung sebagai kebaikan dan mendapat pahala. Bahkan, dia enam bahkan, di dalam Islam, niat saja sudah dihitung pahala. “Sehingga tidak usah kemu[1]dian resah karena sudah daftar tapi belum berangkat,” tambah dia.
Pengasuh Pondok Pesan[1]tren Al-Muayyad Solo, Abdul Rozaq, mengatakan ibadah haji merupakan panggilan yang ditujukan untuk seorang muslim. Dia mengatakan yang terpenting selain usaha dan sabar adalah meluruskan niat untuk samata-mata beribadah menunaikan kewajiban.
“Kalau kamu betul-betul niatnya lillahi taala, berapa pun biayanya pasti berangkat,” kata dia, yang juga Imam Besar Masjid Sheikh Zayed.
Dia memberi contoh seorang pengayuh becak yang bisa berangkat haji lantaran niatnya yang kuat untuk menunaikan salah satu rukun Islam tersebut. Abdul Rozaq bercerita pengayuh becak itu mengratiskan penumpangnya sepekan sekali pada hari Jumat.
“Lalu di satu jalan ada orang kaya mobilnya mogok. Diantar dia sama si tukang becak itu. Ketika mau bayar kok tidak mau. Terus ditanya niatnya apa kok digratiskan, si tukang becak itu bilang sedekah ini diniatkan agar suatu saat bisa haji,” kata dia menceritakan.