Perjuangan Arizky Perdana Kusuma Mencerdaskan Sesama Difabel
BERBAGI ILMU: Arizky Perdana Kusuma, ketika mengajar di SMPLB Dharma Asih, Kota Kraksaan. (Foto: Arif Mashudi/Jawa Pos Radar Bromo)
Memiliki keterbatasan sebagai penyandang tunanetra, tidak membuat Arizky Perdana Kusuma berkecil hati. Ia tetap semangat untuk mewujudkan cita-citanya menjadi tentara. Meski akhirnya memilih menjadi guru bagi sesama dengan status pegawai negeri sipil (PNS).
——————————————————————————————————
RIZKY–panggilan akrab Arizky Perdana Kusuma–tak pernah menyangka tak akan bisa melihat terangnya dunia. Pria kelahiran 21 Januari 1987 ini terlahir normal. Tak ada kekurangan. Terutama di bagian mata.
Layaknya bocah pada umumnya, Rizky juga bersekolah di bangku sekolah umum. Namun, ketika mulai duduk di bangku kelas IV SDN Sukabumi 10, Kota Probolinggo, ada yang beda dengan penglihatannya.
DEKATL Arizky Perdana Kusuma saat mengajari siswanya. (Foto: Arif Mashudi/Jawa Pos Radar Bromo)
“Gejala mulai terasa sejak kelas IV SD. Awalnya setiap pulang sekolah, mata saya selalu berair dan berwarna merah,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Bromo kemarin (17/3).
Kedua orang tuanya, Bambang Supijanto dan Sri Utami, bertindak cepat. Rizky dibawa berobat. Memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Hasilnya, dokter mendiagnosisnya menderita alergi terhadap cahaya matahari. Kata dokter, melalui berobat akan dapat sembuh dengan cepat.
Memiliki keterbatasan sebagai penyandang tunanetra, tidak membuat Arizky Perdana Kusuma berkecil hati. Ia tetap semangat untuk mewujudkan cita-citanya menjadi tentara. Meski akhirnya memilih menjadi guru bagi sesama dengan status pegawai negeri sipil (PNS).
——————————————————————————————————
RIZKY–panggilan akrab Arizky Perdana Kusuma–tak pernah menyangka tak akan bisa melihat terangnya dunia. Pria kelahiran 21 Januari 1987 ini terlahir normal. Tak ada kekurangan. Terutama di bagian mata.
Layaknya bocah pada umumnya, Rizky juga bersekolah di bangku sekolah umum. Namun, ketika mulai duduk di bangku kelas IV SDN Sukabumi 10, Kota Probolinggo, ada yang beda dengan penglihatannya.
DEKATL Arizky Perdana Kusuma saat mengajari siswanya. (Foto: Arif Mashudi/Jawa Pos Radar Bromo)
“Gejala mulai terasa sejak kelas IV SD. Awalnya setiap pulang sekolah, mata saya selalu berair dan berwarna merah,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Bromo kemarin (17/3).
Kedua orang tuanya, Bambang Supijanto dan Sri Utami, bertindak cepat. Rizky dibawa berobat. Memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Hasilnya, dokter mendiagnosisnya menderita alergi terhadap cahaya matahari. Kata dokter, melalui berobat akan dapat sembuh dengan cepat.