24.6 C
Probolinggo
Sunday, March 26, 2023

Pandemi, Tiga SMPN di Kota Pasuruan Kekurangan Siswa

PASURUAN, Radar Bromo – Selama pandemi, jumlah pelajar di SMP Negeri Kota Pasuruan menurun. Tidak semua SMP Negeri mampu memenuhi pagu sekolah pada TA baru 2021/2022. Tiga dari 11 SMPN kekurangan siswa.

Yaitu, SMPN 6, SMPN 9 dan SMPN 11. Bahkan walau ada perpanjangan untuk pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB), ketiga sekolah ini tetap tidak mampu memenuhi juota. Pihak sekolah menyebut, banyak orang tua yang memilih pondok pesantren untuk pendidikan anak mereka.

SMPN 6 misalnya, kekurangan 40 siswa. Dengan pagu 256 siswa, terpenuhi 216 siswa. Lalu SMPN 9, kekurangan 38 siswa. Dari pagu 192 siswa, terpenuhi 154 siswa.

Lantas di SMPN 11, terpenuhi 120 siswa dari pagu 192 siswa. Kekurangan 65 siswa. Jumlah ini membengkak menjadi 72 siswa. Sebab, ternyata ada siswa yang lantas mengundurkan diri karena mondok. Akibatnya, sekolah ini kekurangan dua rombel.

Baca Juga:  Masih Lekat dengan Stigma, Disabilitas Susah Cari Kerja

Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan, Imam Zamroni mengungkapkan, pagu tiga SMPN itu berkurang, karena banyak orang tua yang memilih pondok pesantren untuk pendidikan anaknya. Sebabnya, sejak pandemi Covid-19, tidak ada pembelajaran tatap muka (PTM) dan digantikan daring.

“Kalau di pondok katanya lebih terkontrol. Kan mereka punya asrama dan tidak keluar dari situ. Jadi PTM masih tetap jalan. Kalau sekolah formal kan belum normal. Hanya dua hari masuk dalam sepekan,” ungkap mantan Lurah Petahunan ini.

PASURUAN, Radar Bromo – Selama pandemi, jumlah pelajar di SMP Negeri Kota Pasuruan menurun. Tidak semua SMP Negeri mampu memenuhi pagu sekolah pada TA baru 2021/2022. Tiga dari 11 SMPN kekurangan siswa.

Yaitu, SMPN 6, SMPN 9 dan SMPN 11. Bahkan walau ada perpanjangan untuk pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB), ketiga sekolah ini tetap tidak mampu memenuhi juota. Pihak sekolah menyebut, banyak orang tua yang memilih pondok pesantren untuk pendidikan anak mereka.

SMPN 6 misalnya, kekurangan 40 siswa. Dengan pagu 256 siswa, terpenuhi 216 siswa. Lalu SMPN 9, kekurangan 38 siswa. Dari pagu 192 siswa, terpenuhi 154 siswa.

Lantas di SMPN 11, terpenuhi 120 siswa dari pagu 192 siswa. Kekurangan 65 siswa. Jumlah ini membengkak menjadi 72 siswa. Sebab, ternyata ada siswa yang lantas mengundurkan diri karena mondok. Akibatnya, sekolah ini kekurangan dua rombel.

Baca Juga:  Memberantas Prostitusi di Kab Probolinggo Tak Cukup dengan Razia

Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan, Imam Zamroni mengungkapkan, pagu tiga SMPN itu berkurang, karena banyak orang tua yang memilih pondok pesantren untuk pendidikan anaknya. Sebabnya, sejak pandemi Covid-19, tidak ada pembelajaran tatap muka (PTM) dan digantikan daring.

“Kalau di pondok katanya lebih terkontrol. Kan mereka punya asrama dan tidak keluar dari situ. Jadi PTM masih tetap jalan. Kalau sekolah formal kan belum normal. Hanya dua hari masuk dalam sepekan,” ungkap mantan Lurah Petahunan ini.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru