25.5 C
Probolinggo
Wednesday, March 29, 2023

Jalani Isoman, Warga Bangil Batasi Interaksi dengan Keluarga

BANGIL, Radar Bromo – Tubuh Nafi, 37, mendadak tidak nyaman. Suhu tubuh warga Bangil itu mencapai 38 derajat Celsius. Dia datang ke klinik, tapi langsung dirujuk ke RSUD Bangil.

Namun, tidak ada kamar kosong di sana. Mau tidak mau, Nafi harus menjalani perawatan di rumahnya. ”Saya sudah cek swab antigen. Hasilnya positif,” kata Nafi yang menjalani isolasi mandiri pertengahan Juli.

Sejak dinyatakan positif Covid-19, dia harus menjalani isolasi mandiri (Isoman) di kamar khusus. Kebetulan, ada ruang kosong di lantai atas rumahnya. Di situlah, dia melakukan isolasi mandiri.

Selama isolasi, dia hanya diam di kamar. Konsultasi dengan dokter yang dikenalnya selalu dilakukan. Obat-obatan dan segala kebutuhan disiapkan istrinya. Namun, kontak dengan istri dan anak-anak dibatasi.

Baca Juga:  Belum Ada Tersangka Resepsi Hajatan Pernikahan Anggota Dewan

Ketika menyiapkan makanan, istrinya menaruhnya di depan kamar. Begitu juga saat menyiapkan vitamin hingga probiotik. Sama. Diletakkan di luar kamar. ”Interaksi dengan keluarga saya batasi. Khawatir mereka tertular,” bebernya.

Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan, kata Nafi, juga memberikan perhatian. Memang, mereka sempat datang ke rumah. Selain mengecek kondisinya, mereka memberikan support obat-obatan dan vitamin. (one/far)

BANGIL, Radar Bromo – Tubuh Nafi, 37, mendadak tidak nyaman. Suhu tubuh warga Bangil itu mencapai 38 derajat Celsius. Dia datang ke klinik, tapi langsung dirujuk ke RSUD Bangil.

Namun, tidak ada kamar kosong di sana. Mau tidak mau, Nafi harus menjalani perawatan di rumahnya. ”Saya sudah cek swab antigen. Hasilnya positif,” kata Nafi yang menjalani isolasi mandiri pertengahan Juli.

Sejak dinyatakan positif Covid-19, dia harus menjalani isolasi mandiri (Isoman) di kamar khusus. Kebetulan, ada ruang kosong di lantai atas rumahnya. Di situlah, dia melakukan isolasi mandiri.

Selama isolasi, dia hanya diam di kamar. Konsultasi dengan dokter yang dikenalnya selalu dilakukan. Obat-obatan dan segala kebutuhan disiapkan istrinya. Namun, kontak dengan istri dan anak-anak dibatasi.

Baca Juga:  Dewan Desak Pengadaan Alat Donor Plasma Konvalesen di Kab Pasuruan

Ketika menyiapkan makanan, istrinya menaruhnya di depan kamar. Begitu juga saat menyiapkan vitamin hingga probiotik. Sama. Diletakkan di luar kamar. ”Interaksi dengan keluarga saya batasi. Khawatir mereka tertular,” bebernya.

Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan, kata Nafi, juga memberikan perhatian. Memang, mereka sempat datang ke rumah. Selain mengecek kondisinya, mereka memberikan support obat-obatan dan vitamin. (one/far)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru