REJOSO – Hujan deras yang turun Jumat (18/1) malam, kembali merendam sejumlah desa di Kabupaten Pasuruan. Paling parah terjadi di Desa Sadengrejo dan Desa Kawisrejo, Kecamatan Rejoso. Bahkan, warga dengan membawa serta ternaknya, sampai mengungsi ke overpass tol Gempol-Pasuruan (Gempas) karena di tempat tinggalnya tidak aman.
Hujan yang mulai turun sekitar pukul 18.00, itu memang membuat warga cemas. Mereka khawatir jika banjir seperti yang terjadi Selasa (15/1) lalu terulang. Kecemasan warga terbukti. Sekitar pukul 21.00, air mulai masuk ke permukiman warga. Warga yang khawatir air semakin tinggi, memilih mengungsi.
Lutfi, salah seorang warga Dusun Rekasan, Desa Sadengrejo mengungkapkan, warga terus berjaga sepanjang malam sejak banjir menerjang rumahnya. Karena dirasa tidak aman, ia membawa keluarganya naik ke overpass tol sembari menunggu banjir surut. Baru setelah Subuh, warga kembali ke rumah masing-masing.
“Dusun Rekasan itu yang paling parah karena lokasinya paling rendah dibanding dusun lainnya. Makanya, sembari menunggu surut, saya bersama keluarga memilih di overpass,” jelasnya. Hal yang sama juga dilakukan warga Dusun Rekasan lainnya. Serta sebagian warga di Dusun Sadeng.
Pantauan Jawa Pos Radar Bromo, genangan air hingga Sabtu siang (19/1) mencapai ketinggian 1,5 meter. Baik di Desa Kawisrejo maupun di Desa Sadengrejo. Kondisi ini membuat aktivitas warga lumpuh. Sekolah pun terpaksa kembali diliburkan. Sejumlah kendaraan, baik motor maupun mobil yang nekat melintas, akhirnya mogok.
Hudan Dardiri, warga lainnya menambahkan, banjir merata di lima dusun. Yakni, Dusun Sadeng, Bantengan, Rekesan, dan Selunglung. Bahkan, balai desa setempat kembali terendam. Genangan air ini baru surut sekitar pukul 08.30. “Ini banjir yang kedua di tahun 2019. Ketinggian air sangat luar biasa. Bahkan, pendapa pun sempat terendam,” jelas Hudan.
Wabup Pasuruan KH Mujib Imron sempat mengunjungi Desa Sadengrejo dan Desa Kawisrejo. Gus Mujib -sapaan akrabnya- didampingi Dinas Sosial (Dinsos), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta pihak desa dan kecamatan.
Gus Mujib sampai harus menerjang banjir untuk masuk ke desa. Sebelumnya, ia berjalan kaki dari overpass sampai balai desa setempat sejauh 200 meter, untuk meninjau dapur desa. Ia meminta pada aparat desa dan pihak kecamatan untuk rutin berkoordinasi.
Menurutnya, Kabupaten Pasuruan memang rawan banjir. Namun, Desa Sadengrejo merupakan yang terparah. Penyebabnya bukan semata-mata karena adanya pembangunan jalan tol. Pasalnya, kejadian banjir semacam ini sudah sering terjadi sebelum tol dibangun.
Dalam kesempatan itu, Gus Mujib terus mendorong realisasi dari tuntutan warga tempo hari. Yakni, membuat terowongan baru, serta membuat jalur sungai dengan posisi lurus.
“Pemkab akan terus berkoordinasi dengan pihak tol terkait kesepakatan yang dibuat. Kami mengimbau agar seluruh elemen bersatu untuk penanganan banjir,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu pula, Gus Mujib bersama sejumlah perwakilan dari pihak swasta memberikan bantuan berupa makanan kepada warga. Gus Mujib juga meminta agar dibuatkan dapur umum di Pasar Desa Kawisrejo.
Kades Sadengrejo Khudori menyebut, pihaknya berharap agar segera ada penanganan nyata untuk meminimalisasi banjir. Sebab, sejak 2018 lalu, banjir yang menerjang Desa Sadengrejo selalu membutuhkan waktu dua hari untuk surut.
“Memang selama ini desa kami kerap banjir. Cuma sebelumnya, paling lama satu hari sudah usai. Belum lagi, saat genangan belum sepenuhnya surut, sudah hujan lagi,” jelasnya.
Kades Kawisrejo Thoyyib menerangkan, banjir menerjang tiga dusun di desanya. Yakni, Dusun Raket Kidul, Raket Kampung, dan Gapuk. Dan, hanya satu dusun yang tidak terdampak yakni Dusun Rebuk. Kondisi ini yang pertama kalinya sejak 2016 silam.
“Sudah lama desa kami tidak pernah kebanjiran sekitar tiga tahun lalu. Saya tidak mau menyalahkan siapapun. Cuma saya ingin ada langkah kongkret seperti normalisasi misalnya,” ungkapnya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana menyebut, ada enam desa di Kecamatan Rejoso yang terdampak banjir. Yakni, Desa Kawisrejo, Desa Sadengrejo, Desa Kedungbako, Desa Sambirejo, Desa Patuguran, dan Desa Rejoso Lor.
Banjir ini terjadi karena tingginya intensitas curah hujan di Kabupaten Pasuruan semalam sebelumnya. Sehingga, meluber dan menggenangi jalan dan rumah penduduk. BPBD sendiri sudah menerjunkan 20 petugas, satu perahu karet, tenda, dan terpal bagi warga yang membutuhkan.
“Sejauh ini tidak ada warga yang dievakuasi. Cuma petugas tetap kami minta standby. Khawatir jika ada warga yang membutuhkan pertolongan,” katanya. (riz/rf)