NGULING – Perselisihan di lahan sengketa antara warga Desa Sumberanyar, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan dengan TNI AL kembali mengemuka. Warga menolak pemerataan lahan oleh TNI AL di areal Kolatmar Grati dengan alasan sedang ditanami singkong.
Situasi memuncak setelah ratusan warga memagar lahan yang ditanami singkong, Kamis (11/7). Namun, pagar dari kayu itu dicabut oleh pihak Kolatmar Grati.
Perselisihan bermula saat Rabu (10/7), TNI AL dari Kolatmar Grati mendatangkan alat berat untuk meratakan lahan di Dusun Belung. Saat itu lahan yang telah diratakan sudah seluas 0,4 hektare.
Melihat lahan diratakan, sejumlah warga datang. Mereka minta agar lahan tidak diratakan. Sebab, di lahan itu ada tanaman singkong milik warga.
Namun, kemudian percekcokan terjadi. Bahkan, kepala desa dan perangkat desa setempat sampai datang ke lokasi. Tak lama kemudian, alat berat dihentikan.
Malam harinya, warga menggelar rapat dengan jajaran pemerintah desa setempat. Dalam rapat, warga sepakat untuk menggelar kerja bakti dengan cara memasang pagar di sekeliling lahan yang ditanami singkong. Kerja bakti pun dilakukan, Kamis (11/7). Tujuannya, agar pemerataan lahan tidak dilanjutkan.
Kepala Desa Sumberanyar Purwo HS menjelaskan, alasan warganya tidak setuju dengan pemerataan lahan itu. Selain karena lahan masih ditanami singkong, juga karena lahan akan dibuat taman.
“Karena setahu kami, lahan itu akan dijadikan taman. Jelas tidak sesuai dengan peruntukannya. Semestinya lahan itu untuk permukiman. Warga kami juga tidak terima karena tanamannya diratakan begitu saja tanpa koordinasi,” ungkap Kepala Desa Sumberanyar Purwo HS.

Kerja bakti sendiri dimulai pagi. Sejak pukul 08.00, warga pun berdatangan. Polres Pasuruan Kota pun mengerahkan tiga pleton untuk bersiaga di lokasi tersebut. Masing-masing pleton terdiri atas 25 anggota kepolisian. Ditambah lagi dengan anggota Polsek Nguling.
Belum lama warga memasang pagar, pihak TNI AL tiba. Mereka lantas mencabut pagar yang terbuat dari kayu dan bambu itu. Warga kembali mengadu kepada Purwo dan bersikukuh tetap akan memagari lahan itu.
Situasi pun kembali memanas. Beberapa warga lainnya datang dengan membawa kain panjang. Di kain itu terdapat tulisan, “Kami akan mempertahankan tanah kami sampai mati!!!”.
Adu mulut pun terjadi antara warga dan sejumlah anggota TNI AL. Purwo menyampaikan, lahan itu masih berstatus hak pakai untuk permukiman. Namun, TNI AL bergeming dan menganggap lahan itu berstatus hak milik.
Purwo menyinggung Presiden Joko Widodo telah berjanji menyelesaikan sengketa lahan di sejumlah daerah. “Kami berharap pemerintah pusat segera mewujudkan penyelesaian sengketa. Dan, warga tetap menolak kegiatan TNI di atas lahan itu, apapun bentuknya, sebelum ada kebijakan dari Presiden,” tandasnya.
Sekitar pukul 11.00, warga diminta meninggalkan lokasi. Seorang anggota TNI AL yang di lokasi terlihat meminta warga membubarkan diri.
“Kok protes semua, heran saya. Salah dari mana kami mau bersihkan dari semak-semak? Kan kegiatan (membersihkan semak-semak, Red) sudah selesai. Kok malah datang ke sini itu ngapain?” katanya.
Warga pun menuruti, mereka berduyun-duyun meninggalkan lokasi itu. Namun, selama beberapa waktu, petugas kepolisian masih berjaga di lahan tersebut. Di lokasi, juga terlihat jajaran Muspika Nguling. Di antaranya Camat, Danramil Nguling, serta Kapolsek Nguling.
Radarbromo.jawapos.com berupaya mengonfirmasi sejumlah pihak atas ketegangan yang terjadi. Di antaranya dengan mengonfirmasi Camat Nguling Sunardi. Namun, ia enggan berkomentar. “Lebih baik ke Pak Kades saja,” katanya.
Radarbromo.jawapos.com juga berusaha meminta konfirmasi dari TNI AL. Sayangnya, hingga berita ini ditulis belum ada keterangan apapun yang disampaikan.
Koran ini telah menelepon Humas Kolatmar TNI AL Grati Mayor Mar Yopie, namun tak dijawab sampai berita ini ditulis tadi malam. Koran ini juga mengirim pesan pendek melalui WhatsApp pada Humas. Namun, pesan pendek hanya dibaca, belum terbalas. (tom/fun)