Jatuh bangun dalam berusaha adalah hal biasa. Bisa jadi, sebuah kegagalan justru jadi pembuka pintu kesuksesan yang lain. Seperti yang dialami Eddy Santoso. Sejak 2006, dia menggeluti kerajinan anyaman setelah bangkrut sebagai kontraktor.
RIZAL FAHMI SYATORI, Purwosari, Radar Bromo
BAHAN baku berupa rotan, pelepah pisang, bamboo, dan serabut kelapa menumpuk di sebuah lahan kosong seluas 60 meter persegi. Semua bahan baku itu dilindungi atap genting, namun tanpa tembok.
Itulah lahan milik Eddy Santoso, 52, di Dusun Jati Kauman, RT 04/RW 01, Desa Cendono, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Di tangan terampilnya, semua bahan baku itu berubah menjadi aneka bentuk kerajinan anyaman. Mulai aneka jenis keranjang buah, vas bunga, kursi, lampion, dan lain-lain.
Menjadi perajin anyaman dari sejumlah bahan baku tersebut telah digeluti bapak dua anak ini sejak 2006. Dan hingga sekarang, Eddy masih menekuninya.
Baginya, profesi itu justru jauh lebih menguntungkan dibanding menjadi pemborong proyek. Ya, Eddy sebelumnya adalah seorang pemborong. Namun, dia kemudian bangkrut. Bahkan, meninggalkan sejumlah utang.
Kebangkrutan itu memaksanya untuk menggeluti profesi lain. Dan menjadi perajin kemudian dipilihnya. Bahkan, awet hingga saat ini.
“Sebelumnya saya ini memang pemborong proyek. Tapi, kemudian bangkrut. Akhirnya saya alih profesi menjadi perajin seperti sekarang,” ucapnya santai.
Keputusannya itu dilakukan tidak serta merta. Lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) ini belajar lebih dulu pada seorang temannya di Gempol.