24.7 C
Probolinggo
Sunday, June 11, 2023

Jadi Wakil Rakyat, Abdul Wahab Tak Lupakan Jati Diri sebagai Santri

JATI diri seorang santri tetap tertanam kuat dalam jiwa Abdul Wahab. Apapun profesi dan jabatannya, jiwa santri tak boleh pudar. Prinsip ini dipegang teguh sejak boyong dari pesantren sampai kini menjadi anggota DPRD Kabupaten Probolinggo.

Kehidupan nyaman dan senang sangat mudah terlontar melihat atau menilai orang lain. Padahal, di balik kesuksesan seseorang ada perjuangan dan kerja keras. Bahkan, bisa sampai “berdarah-darah.”

“Tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Tidak ada kesuksesan yang didapat secara instan. Bisa saja, tapi tidak bertahan lama. Ada perjuangan yang sungguh-sungguh di dalamnya. Begitupun menduduki jabatan politik,” ujar Abdul Wahab.

Pria asal Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, mengaku tak pernah menyangka akan menjadi seorang politisi. Bahkan, tak pernah terbesit sedikit pun di benaknya akan berkecipung dalam dunia politik. “Sejak masih muda tidak pernah ada pikiran berpolitik. Latar belakang keluarga tidak ada yang berkecipung di dunia politik,” katanya.

Baca Juga:  Kamis Besok Pimpinan Definitif DPRD Kab Probolinggo Dilantik

Terlahir dari keluarga sederhana, dengan latar belakang keluarga santri, Wahab mengikuti jejak keluarganya. Mbahnya, Kiai Musyai, merupakan seorang guru di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan.

Keluarga mendorongnya juga nyantri. Wahab pun dikirim ke Pesantren Nurul Jadid, Kecamatan Paiton, pada 1991. Menuruti keinginan orang tuanya. Namun, belum lulus dari Madrasah Aliyah Nurul Jadid, Wahab memilih berhenti mondok. Ia melanjutkan pendidikannya di luar pesantren.

Alasannya, kasihan terhadap kedua orang tuanya. Perekonomian keluarganya sangat pas-pasan. “Makan nasi dengan garam, sudah bukan hal yang tabu,” ujar putra seorang reparasi jam tangan ini.

Sembari membantu orang tuanya, Wahab remaja lulus dari bangku SMA pada 1994. Berbekal ijazah SMA, ia mulai berpikir masa depan dan menyenangkan keluarganya. Politisi kelahiran 1974 ini merantau ke luar negeri.

Baca Juga:  Dispendik Bersikukuh Tak Pernah Legalisir Ijazah Abdul Kadir

JATI diri seorang santri tetap tertanam kuat dalam jiwa Abdul Wahab. Apapun profesi dan jabatannya, jiwa santri tak boleh pudar. Prinsip ini dipegang teguh sejak boyong dari pesantren sampai kini menjadi anggota DPRD Kabupaten Probolinggo.

Kehidupan nyaman dan senang sangat mudah terlontar melihat atau menilai orang lain. Padahal, di balik kesuksesan seseorang ada perjuangan dan kerja keras. Bahkan, bisa sampai “berdarah-darah.”

“Tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Tidak ada kesuksesan yang didapat secara instan. Bisa saja, tapi tidak bertahan lama. Ada perjuangan yang sungguh-sungguh di dalamnya. Begitupun menduduki jabatan politik,” ujar Abdul Wahab.

Pria asal Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, mengaku tak pernah menyangka akan menjadi seorang politisi. Bahkan, tak pernah terbesit sedikit pun di benaknya akan berkecipung dalam dunia politik. “Sejak masih muda tidak pernah ada pikiran berpolitik. Latar belakang keluarga tidak ada yang berkecipung di dunia politik,” katanya.

Baca Juga:  Jaksa Sebut Kasus Ijazah Palsu Abdul Kadir Rugikan Banyak Pihak

Terlahir dari keluarga sederhana, dengan latar belakang keluarga santri, Wahab mengikuti jejak keluarganya. Mbahnya, Kiai Musyai, merupakan seorang guru di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan.

Keluarga mendorongnya juga nyantri. Wahab pun dikirim ke Pesantren Nurul Jadid, Kecamatan Paiton, pada 1991. Menuruti keinginan orang tuanya. Namun, belum lulus dari Madrasah Aliyah Nurul Jadid, Wahab memilih berhenti mondok. Ia melanjutkan pendidikannya di luar pesantren.

Alasannya, kasihan terhadap kedua orang tuanya. Perekonomian keluarganya sangat pas-pasan. “Makan nasi dengan garam, sudah bukan hal yang tabu,” ujar putra seorang reparasi jam tangan ini.

Sembari membantu orang tuanya, Wahab remaja lulus dari bangku SMA pada 1994. Berbekal ijazah SMA, ia mulai berpikir masa depan dan menyenangkan keluarganya. Politisi kelahiran 1974 ini merantau ke luar negeri.

Baca Juga:  Ngaji Kilatan di Ponpes Ngalah Purwosari Tetap Interaktif Walau Harus Digelar Online

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru