Karena suka berkelahi sejak kecil, Suryaning Tyas akhirnya berlatih silat. Kini, cewek tomboi itu sudah meraih banyak prestasi. Bahkan, kini memperkuat tim PON Jatim.
RIZAL FAHMI SYATORI, Pandaan, Radar Bromo
Ketekunan Suryaning Tyas, 19, berlatih silat sejak SMP dipetiknya saat ini. Gadis asal Lingkungan Kasri, Kelurahan Petungasri, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, itu mampu meraih sejumlah prestasi.
Bahkan, putri pasangan suami istri almarhum Sueb dan Mujiati itu, kini memperkuat tim PON Jatim. Bersama sejumlah atlet silat lain, dia dipersiapkan untuk berlaga di PON Papua tahun ini.
Alumni SMAN 1 Pandaan itu pun serius berlatih di pemusatan latihan bersama atlet lainnya. Yaitu di Padepokan Pencak Silat Jatim di Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan.
Prestasi yang diraih Tyas tentu tidak terjadi begitu saja. Latihan silat diikuti sejak kelas 1 SMP. Kala itu, dia dilatih kakak iparnya, Trias Rudi Santoso yang juga atlet pencak silat PON Jatim.
“Saat kecil saya suka berantem dengan teman. Lalu kakak mengajak saya berlatih pencak silat. Saya akhirnya suka dan menekuni silat sampai sekarang,” cetus penyuka soto dan bakso ini.
Sejumlah pertandingan tingkat daerah hingga nasional dan internasional diikutinya. Sejumlah prestasi pun diraihnya. Di antaranya, juara II dan juara I di kejurnas antarpelajar di NTB 2016 dan Sulsel 2017. Lalu juara I Popwil di NTB 2018. Kemudian, Juara I Porprov 2019 di Lamongan.
Tyas pun pernah mengikuti kejuaraan dunia di Thailand pada 2018. Dia keluar sebagai juara 2. Dia dikalahkan pesilat tuan rumah di final saat itu.
Dia juga mengikuti pertandingan Pra PON 2019 di Jakarta dan meraih juara tiga. Karena itu, dia pun terpilih memperkuat tim silat Jatim untuk PON di Papua tahun ini.
“Alhamdulillah, berkat latihan keras dan tekun selama ini, saya sering juara. Ini juga karena dorongan penuh dari pelatih, juga keluarga,” tuturnya.
Dari sekian kejuaraan yang pernah diikutinya, Tyas mengaku sangat terkesan dengan kejuaraan dunia di Thailand. Saat semifinal, dia melawan atlet Malaysia dan menang. Namun, tangan kanannya terkilir.
Meskipun tangannya terkilir, ia ngotot berlaga di final melawan atlet tuan rumah. Sehingga, hanya mampu meraih juara dua.
“Di Thailand itu paling berkesan, semifinal menang dan tangan cedera. Saya tetap bertanding di final meskipun cedera. Atlet tidak boleh menyerah dan cengeng,” katanya tersenyum.
Apalagi, saat ini Tyas memperkuat tim silat Jatim untuk PON. Setiap hari, dia berlatih minimal 3-6 jam. Mulai latihan fisik, teknik tendangan, bantingan, pukulan, dan sebagainya.
“Memar, sakit, letih sudah menjadi risiko. Awal-awal kaget, sekarang sudah terbiasa,” cetusnya.
Siap pertandingan, Tyas tampil di dua kelas sekaligus selama ini. Masing-masing remaja kelas E dengan berat badan 55-60 kilogram dan dewasa kelas C berat dengan berat badan 55-60 kilogram juga.
“Doakan ya, saat tampil di PON Papua tahun ini dapat emas. Ke depan saya ingin tampil di SEA Games dan Asian Games. Mudah-mudahan bisa. Kuncinya tetap kerja keras serta optimistis,” katanya. (hn)