Dunia musik tak bisa dipisahkan dari sosok Gusti Muhammad Chaidir Aly (MCA), 28. Di sela-sela kesibukannya mengajar kesenian di SMKN 1 Dringu, ia juga mengajar les musik dan aktif di Pelangi Entertainment, band untuk acara pernikahan.
FAHRIZAL FIRMANI, Dringu, Radar Bromo
Jiwa seni sudah mendarah daging dalam tubuh Gusti. Kakeknya, Haji Muhammad Zaelani dan neneknya, Hajjah Suprihatin dulunya punya orkes keliling yang dikenal dengan nama Orkes Pelangi. Sering melihat mereka bermain musik, membuat Gusti kecil suka dengan musik.
Alat musik yang pertama dipelajarinya adalah keyboard. Ia belajar secara otodidak selama delapan tahun. Lagu pertama yang dimainkannya untuk belajar adalah lagu Karma oleh band Cokelat.
“Usai naik haji, kakek-nenek menghentikan kegiatan orkesnya. Namun, karena setiap hari sering melihat mereka main musik, ya saya jadi senang dengan musik,” kata Gusti memulai obrolan dengan Jawa Pos Radar Bromo.
Saat duduk di bangku kelas 5 SD, dirinya memberanikan diri untuk tampil di pentas seni sekolah. Dari sini, ia semakin percaya diri. Hingga saat kelas 3 SMP, ia mengikuti festival band antarsekolah dan menjadi juara harapan II.
Pada 2010, saat di SMA, ia sering manggung di kafe dan kampung dengan band Jewelry on My Ring. Saat itu, ia tidak memikirkan bayaran yang akan diterima. Karena yang terpenting adalah bisa tampil. Sebab, musik sudah menjadi passion-nya.
“Melihat orang lain bahagia mendengarkan lagu yang saya bawakan, itu menjadi kebahagian bagi saya. Jadi, walau pendapatannya tak seberapa, tidak jadi masalah,” jelasnya.
Ayah dua anak ini menyebut, dengan band Jewelry on My Ring, ia sering menjadi juara. Kurang lebih ada 10 penghargaan yang ia terima. Mulai dari juara 3 hingga juara harapan.