Gus Adib Kembali dari Nol, Rintis Yayasan-Pendidikan Formal
BERJUANG: Gus Adib, terus berjuang untuk menghidupkan kembali Pesantren Nahdlatul Hasan. (Foto: Rizky Putra Dinasti/Jawa Pos Radar Bromo)
GUS Muhammad Adibullah, harus berjuang keras untuk kembali membangkitkan pesantren peninggalan orang tuanya, Pesantren Nahdlatul Hasan. Salah satunya dengan mendirikan yayasan dan pendidikan formal.
Eksistensi Pesantren Nahdlatul Hasan, Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, sempat redup setelah ditinggal pengasuh pertama Kiai Hasan Subky pada 2005. Kondisi itu menjadi cambuk besar bagi generasi penerusnya.
Sejumlah generasi penerusnya pun terus berusaha bangkit. Meski harus berjuang dari nol. Seperti dilakukan putra pertama dari Almarhum Kiai Hasan Subky, Gus Muhammad Adibullah.
SYIAR AGAMA: Gus Adib meneruskan perjuangan ayahnya Almarhum Kiai Hasan Subky. (Foto: Rizky Putra Dinasti/Jawa Pos Radar Bromo)
Sejak ditinggal Kiai Hasan, banyak santri yang meninggalkan pesantren. Namun, kata Gus Adib, bukan hanya itu penyebabnya. Ada sejumlah faktor yang membuat jumlah santri menurun. Salah satunya karena di pesantren ini tidak ada pendidikan formal atau tak berbentuk yayasan.
Sementara, pada zaman modern, banyak orang tua yang memilih memondokkan anak-anaknya di pesantren yang lengkap dengan pendidikan formal. Termasuk para alumni pesantren ini. Mereka juga memilih pesantren yang dilengkapi lembaga pendirikan formal.
GUS Muhammad Adibullah, harus berjuang keras untuk kembali membangkitkan pesantren peninggalan orang tuanya, Pesantren Nahdlatul Hasan. Salah satunya dengan mendirikan yayasan dan pendidikan formal.
Eksistensi Pesantren Nahdlatul Hasan, Kelurahan Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, sempat redup setelah ditinggal pengasuh pertama Kiai Hasan Subky pada 2005. Kondisi itu menjadi cambuk besar bagi generasi penerusnya.
Sejumlah generasi penerusnya pun terus berusaha bangkit. Meski harus berjuang dari nol. Seperti dilakukan putra pertama dari Almarhum Kiai Hasan Subky, Gus Muhammad Adibullah.
SYIAR AGAMA: Gus Adib meneruskan perjuangan ayahnya Almarhum Kiai Hasan Subky. (Foto: Rizky Putra Dinasti/Jawa Pos Radar Bromo)
Sejak ditinggal Kiai Hasan, banyak santri yang meninggalkan pesantren. Namun, kata Gus Adib, bukan hanya itu penyebabnya. Ada sejumlah faktor yang membuat jumlah santri menurun. Salah satunya karena di pesantren ini tidak ada pendidikan formal atau tak berbentuk yayasan.
Sementara, pada zaman modern, banyak orang tua yang memilih memondokkan anak-anaknya di pesantren yang lengkap dengan pendidikan formal. Termasuk para alumni pesantren ini. Mereka juga memilih pesantren yang dilengkapi lembaga pendirikan formal.