Beragam aliran musik dapat dinikmati di negeri ini. Temasuk ska. Musim asal Jamaika yang muncul pada akhir tahun 1950. Genre musik ini sampai juga di Pasuruan.
——————————————————————————————————
SKA merupakan pendahulu rocksteady dan reggae. Di dalamnya menggabungkan unsur-unsur musik mento dan musik kalipso dari Karibia dengan jazz dan rhythm and blues dari Amerika Serikat.
Di Indonesia, ska mulai populer sejak sekitar 1990-an. Di Pasuruan, mulai populer sejak sekitar awal 2000-an. Sejauh ini, pengagumnya bermunculan. Komunitasnya terus eksis. Meski tidak sebanyak dulu.
“Selain musik yang mudah dinimati dan diterima semua kalangan, ska menurut saya adalah genre musik pemersatu,” ujar pecinta musim ska asal Desa Kepulungan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Akhmad David Setiawan, 33.
Menurutnya, aliran musim ini menarik karena selalu happy. Kebanyakan mengusung isu-isu sosial dan cinta. Tentunya antirasis. Genre ini makin asyik ketika dipadukan dengan rock, punk, bahkan orkestra.
Maklum, musisinya tak hanya diisi pemain gitar, bas, drum, dan keyboard. Ada juga ahli terompet, saksofon, trombone, bahkan sampai biola. Tak heran, bila setiap kali musik ska dimainkan oleh band ska, semuanya kompak berjoget ala ska.
“Tanpa dikomando, saat live performance, pasti kompak joget atau dansa skanking dengan sendirinya. Baik yang nge-band dan penontonnnya. Pokoknya asyik dan happy,” ujar Fajar Zamrotul Diya Aulady, warga Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.