Fissilmi Kaffa, 11, tidak pernah punya penyakit serius. Namun, tiba-tiba dia divonis gagal ginjal akut setelah demam selama tiga hari. Keluarga pun begitu terpukul saat penyakit itu merenggut nyawa Kaffa.
MUKHAMAD ROSYIDI, Gondangwetan, Radar Bromo
SUASANA duka masih sangat terasa Senin (24/10) saat Jawa Pos Radar Bromo berkunjung ke rumah Hasan Basri, 39. Terletak di perbatasan Kelurahan Gondangwetan dan Desa Pekangkungan, Kecamatan Gondangwetan.
Maklum, keluarga baru menggelar tahlilan meninggalnya Fissilmi Kaffa, 11. Pelajar kelas 5 SD itu meninggal karena sakit. Kaffa –panggilannya- divonis menderita gagal ginjal akut misterius.
Padahal, sebelumnya, menurut Hasan, putra pertamanya itu tak pernah memiliki riwayat penyakit serius. Karena itu, Hasan sangat terpukul dengan meninggalnya Kaffa.
“Saya kaget sekali. Saya langsung browsing waktu itu untuk mengetahui apa penyakit yang disebutkan dokter tadi. Katanya gagal ginjal akut misterius,” ujarnya dengan wajah sedih.
Bapak dua anak itu lantas menceritakan kronologi sakit yang diderita Kaffa. Sekitar 19 Agustus, Kaffa sakit panas. Awalnya Hasan tidak curiga. Sebab, sakit panas memang biasa dialami anak-anak. Termasuk Kaffa. Hasan lantas mengompres Kaffa agar demamnya turun.
Setiap Kaffa panas, memang Hasan tidak memberinya obat. Hanya dikompres biasa. Dan dua hari kemudian biasanya sembuh.
“Tapi, ini sampai tiga hari tidak sembuh-sembuh. Bahkan pada 22 Agustus subuh itu kejang. Karena itu, saya bawa ke Puskesmas Gondangwetan,” katanya.
Saat itu, puskesmas sudah tak bisa menangani. Lantas, puskesmas merujuk ke rumah sakit terdekat yakni RSUD R. Soedarsono Kota Pasuruan.
Namun, Kaffa saat itu dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri. Pihak rumah sakit pun memberikan infus parasetamol untuk menurunkan demamnya.
“Di Purut (sebutan RSUD R. Soedarsono, Red) dia dirawat selama tiga hari. Dan dalam perawatan itu Kaffah divonis infeksi otak. Jadi harus dirujuk ke Bangil,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Di RSUD Bangil, Kaffa langsung ditangani dokter. Namun, sampai empat hari lamanya di RSUD Bangil, belum ada tanda-tanda anaknya membaik. Meski demikian, saat itu rumah sakit belum berani melakukan CT Scan.
“Hari keempat itu saya ingin bawa pulang paksa. Karena anak saya tidak di-CT Scan. Tapi, tidak jadi karena besoknya langsung dilakukan CT Scan,” katanya.