Belasan tahun tinggal di pesantren, membuat H. Muhammad Hasan Irsyad, kaya bekal kehidupan. Bukan hanya ilmu agama. Ilmu kemandirian dan kehidupan bermasyarakat tertanam kuat selama nyantri. Bahkan, alumnus Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, telah berkeinginan menjadi anggota dewan sejak masih di pesantren.
——————————————————————————————————
MUHAMMAD Hasan Irsyad, tergolong sebagai politisi senior. Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, dipercaya sebagai wakil sejak April 1977. Awalnya, ia duduk sebagai wakil rayat di DPRD Kabupaten Probolinggo. Sejak saat itu, nasibnya sebagai wakil rakyat keterusan. Hingga kini masih duduk sebagai wakil rayat di Provinsi Jawa Timur. Terhitung sudah 46 tahun.
Ia menyakini semuanya berkat doa kiai di pesantren. Ya, Hasan Irsyad kecil merupakan anak pesantren. Pria kelahiran 7 Juli 1949 ini tinggal di pesantren sejak masih bocah. Baru 11 tahun. Ia nyantri di Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, sejak sekitar tahun 1960.
Hasan Irsyad sempat merasakan bersekolah di sekolah rakyat. Namun, kemudian pindah ke pesantren. Masuk kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Pesantren Genggong. “Saya mondok mulai tahun 1960 sampai sekitar tahun 1973. Saya juga sempat kuliah di Kampus Unzah (Universitas Zainul Hasan),” ujarnya, kemarin.
Banyak kenangan yang tak mudah dilupakan ketika di pesantren. Kata Hasan Irsyad, di pesantren tidak hanya soal menimba ilmu. Namun, mengabdi dan berharap keberkahan kiai. Bahkan, yang kedua ini merupakan paling utama. Di bawah asuhan Almarhum K.H. Hasan Saifouridzal, Hasan Irsyad menimba ilmu sambil mengabdi langsung kepadanya.
“Beliau (Almarhum K.H. Hasan Saifouridzal) perhatian betul kepada santri-santri, untuk mencetak dan mampu menguasai kitab kuning,” ungkapnya.Â
Selama di pesantren, Hasan Irsyad mengaku mengaji langsung kepada K.H. Hasan Saifouridzal. Pengajian kitab kuning itu dilakukan selepas salat Subuh. “Selama di pondok, ada tiga hal utama yang diajarkan kepada kami (santri). Mulai dari kemandirian, kedisiplinan, dan akhlak mulia (budi pengerti). Beliau (almarhum) memberikan contoh langsung akhlak baik kepada santrinya,” jelasnya.Â