Sudah mahfum, jalan alternatif banyak memudahkan warga untuk beraktivitas. Demikian juga di Kota Probolinggo. Selain memanfaatkan jalur utama, warga di beberapa kelurahan memilih jembatan gantung sebagai jalur alternatif. Yang menarik, dua jembatan gantung yang ada dibangun dan dipelihara secara swadaya.
———————————————————————————————–
FAHRIZAL FIRMANI, Wonoasih, Radar Bromo
——————————————————————————————————
Jembatan dengan panjang 40 meter itu membentang di atas Sungai Kedunggaleng. Sejumlah pengendara roda dua yang memanfaatkan jembatan ini harus melintas secara bergantian. Sebab, lebar jembatan hanya 1,5 meter.
Begitulah kondisi Jembatan Kedungasem di Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih. Jembatan ini berada di ketinggian lima meter dari dasar Sungai Kedunggaleng di bawahnya. Dibangun pada 2003 dan menjadi akses jalan warga Blok Bungur RT 1 dan RT 2/RW 2 setempat.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Kedungasem Muhammad Rohim mengungkapkan, jembatan ini selalu dimanfaatkan warga. Bahkan, meski musim hujan sekalipun, jembatan ini tidak pernah sepi.
“Baik musim kemarau atau hujan, jembatan ini selalu digunakan oleh warga Blok Bungur. Sebab, tingginya jembatan membuat jembatan aman dari debit air sungai di bawahnya,” ungkapnya saat ditemui di lokasi.
Sejak dibangun pada 2003, jembatan ini belum pernah direnovasi. Namun, setiap tahunnya warga melakukan pemeliharaan secara swadaya berupa pengecatan.