Siapa sangka tas jinjing bermotif batik itu ternyata berbahan limbah. Dari bekas kertas semen. Soli Rahmadi dengan telaten kemudian mengolaborasikan media kertas semen tersebut dengan batik ecoprint.
MUHAMAD BUSTHOMI, Panggungrejo, Radar Bromo
PNS yang berdinas di Kantor Kelurahan Bugul Lor, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, itu memang cukup lekat dengan dunia seni. Keterlibatan Soli Rahmadi dalam industri fashion di Pasuruan sudah tidak diragukan lagi. Meski pemilik brand Aldys Batik itu terbilang baru berkecimpung di dunia membatik.
Ia mengawali debutnya sebagai perancang busana karnaval. Tepatnya dalam momentum Hari Jadi Kota Pasuruan. Ketertarikannya membatik kemudian muncul setelah menjadi salah satu dari 15 peserta pelatihan di Solo pada 2017.
Selain batik tulis, ia juga mengembangkan batik ecoprint. Yakni, teknik membatik dengan pewarnaan alami. Memadukan tanin atau zat warna daun, akar, dan batang.
Media yang digunakan tidak hanya kain. Melainkan juga kulit hingga bekas kertas semen. Meski pembuatannya terbilang simpel, batik ecoprint menghasilkan motif yang unik. Satu sama lain dari karya yang dihasilkan bisa berbeda. Punya khas masing-masing.
Bagi pria yang lebih akrab disapa Aldy itu, membicarakan batik memang tak ada habisnya. Ia sendiri meski disibukkan dengan rutinitas sebagai aparatur negara, tetap meluangkan waktu untuk mengeksplorasikan idenya dengan berkarya.
“Setiap malam menjelang tidur saya selalu mengeksplorasi konsep apa yang kira-kira bisa dikerjakan,” kata pria kelahiran 11 November itu.