Kecelakaan di Tol Gempol Pasuruan (Gempas) pekan lalu akan selalu membekas dalam ingatan salah satu pengasuh Ponpes Bayt Al Hikmah Kota Pasuruan, KH Mohamma’d Nailur Rohman. Pria yang akrab disapa Gus Amma’ ini merasa ia seperti mendapat kesempatan ke dua.
FAHRIZAL FIRMANI, Radar Bromo, Bugulkidul
Lantunan zikir tidak henti-hentinya dirapalkan olehnya. Berulang kali ucapan syukur keluar dari bibir pria berkacamata itu. Maklum saja, Gus Amma’ baru selamat dari kecelakaan hebat saat melintas di KM 780 perlintasan Beji di Tol Gempas, Senin (9/9) dini hari.
Gus Amma’ mengungkapkan, dini hari sekitar pukul 00.00, ia bersama Ketua PC NU Kabupaten Lampung KH Sonhaji Azis bertolak menuju Kota Pasuruan dengan menggunakan mobil miliknya. Kebetulan, ia baru saja mengikuti pendidikan kader penggerak Nahdlatul Ulama (NU) tingkat lanjut di Magetan.
Setibanya di Rest Area Jombang, ia berhenti sejenak untuk istirahat. Namun, karena ingin mengejar waktu sahur bersama keluarga di rumah di Kelurahan Krampyangan, Kecamatan Bugulkidul, ia kembali melanjutkan perjalanan.
“Ada dua rombongan mobil yang ikut. Saya bersama ketua PC NU Kabupaten Lampung Utara dalam satu mobil. Satu mobil lainnya di belakang saya berisi rombongan dari PC NU Kabupaten Banten. Sengaja ikut kami untuk berziarah ke makam KH Abdul Hamid,” ungkapnya.
Selama perjalanan, Gus Amma’ mengemudi dengan kecepatan stabil di angka 100 kilometer per jam. Tak lama, saat tiba di tol beji KM 780, tiba-tiba ia merasa mengantuk. Sehingga, kemungkinan gas terinjak dalam dan kecepatan meningkat.

Ia pun tak ingat apapun setelah itu. Namun, tiba-tiba Gus Amma’ sudah keluar dari mobil yang ditumpanginya dalam keadaan terduduk di sisi kanan mobil.
Saat itu kondisi jalan tol sepi. Tidak ada pengendara yang lewat. Rombongan kedua di belakang mobil Gus Amma’, berselisih lima menit saat tiba di Beji.
Tak lama kemudian, ia melihat ada seorang pria datang dari arah seberang jalan menghampirinya. Pria itu datang dari arah berseberangan dari lokasi kecelakaan. Dia mengaku warga setempat dan kebetulan lewat.
Dengan menggunakan bahasa Jawa, pria ini menanyakan kondisi Gus Amma’. Pria itu lantas menghubungi pihak Jasa Marga, Patroli Jalan Raya (PJR) Tol dan ambulans dari RSUD Bangil. Saat ambulans datang, Gus Amma’ memilih duduk di bagian depan.
“Saya tidak dapat melihat dengan jelas wajah dari pria yang menolong saya. Namun, yang jelas, dia mengenakan jaket Banser. Saya tidak tahu dia dari mana dan namanya siapa. Cuma mengakunya warga setempat yang melintas,” jelas Gus Amma’.
Cucu dari kiai kharismatik KH Abdul Hamid ini menuturkan, dari penjelasan pihak PJR, mobil yang dikemudikannya oleng ke kanan. Lalu, belok ke kiri dan berputar sebanyak empat kali. Sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan di sebelah kiri dan berhenti setelah masuk parit.
Gus Amma’ mengaku kecelakaan ini di luar akal sehat. Sebab, dirinya hanya mengalami luka robek pada pelipis kiri dan nyeri di paha kiri. Sementara Kiai Sonhaji Azis mengalami nyeri pada dada sebelah kiri. Namun, mobil yang dikemudikannya mengalami kerusakan lebih dari 80 persen.
Menurutnya, ada hikmah yang bisa dipetik olehnya atas peristiwa ini. Yakni, manusia tidak pernah tahu kapan mengalami musibah. Karena itu, selama masih sehat, harus selalu rutin meminta maaf pada sesama, terutama orang tua.
“Jangan sampai kita meninggal dalam keadaan belum dimaafkan oleh orang lain. Ini merupakan ma’unah dari Allah. Kadang hal tidak logis bisa terjadi. Saya seperti diberikan kesempatan ke dua tanpa mengalami cacat fisik. Karena itu kita harus rajin bersyukur,” pungkasnya. (hn)