Hasan Basri, Disabilitas yang Tak Ingin Hidup dari Belas Kasih Orang
MANDIRI: Hasan Basri memperbaiki pompa air milik tetangganya. (Foto: Achmad Arianto/Jawa Pos Radar Bromo)
Hasan Basri, 38, ingin membuktikan penyandang disabilitas tak boleh kalah meski punya keterbatasan. Bahkan harus bisa hidup mandiri dan tidak boleh bergantung belas kasih orang lain.
—————–
SIANG itu Hasan (Sapaan Hasan Basri) nampak sibuk memperbaiki sebuah pompa air milik tetangganya. Pria ini tinggal di sebuah gubuk kecil berbahan gedheg dan kayu di Dusun Kokon, Desa Liprak Wetan, Kecamatan Banyuanyar. Keterbatasan gerak yang dimiliki rupanya tidak menghambat dirinya untuk memperbaiki pompa air tersebut.
Terlahir dengan tidak memiliki kaki normal, Hasan Bisri mengaku dirinya sempat minder. Namun demikian dengan bertambahnya usia dan kematangan pola pikir, membuatnya harus bangkit untuk mengahadapi kenyataan. Serta terus berjuang untuk hidup tanpa mengandalkan belas kasihan orang lain.
“Siapa pun pasti menginginkan fisik yang sempurna. Tapi jika Tuhan sudah memberi dengan kondisi seperti ini, tetap harus disyukuri dan tetap semangat,” ujar Hasan saat ditemui di rumahnya, Jumat (8/10).
KEGIATAN: Hasan Basri saat mengikuti kegiatan yang melibatkan difabel lainnya. (Foto: Achmad Arianto/Jawa Pos Radar Bromo)
Jenjang pendidikan yang ditempuhnya sama dengan orang normal pada umumnya. Mulai dari jenjang SD, SMP, dan MA, dijalaninya. Walaupun banyak tantangan yang menerpa. Tapi keterbatasan gerak tidak menyurutkan langkahnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
“Saat sekolah ada saja teman sebaya yang mengejek, tapi saya biarkan. Keluarga dan guru sekolah mensupport saya agar tetap bersemangat. Jadi walaupun kemampuan saya pas-pasan yang penting saya bisa bersekolah dan lulus,” ungkapnya.
Hasan menceritakan tantangan terberat dalam hidupnya justru saat lulus MA. Hidup dengan ekonomi yang pas-pasan tidak ada yang bisa dilakukannya selain bekerja. Bekerja pun tidak semudah yang dibayangkan. Pasalnya dengan kondisi tidak sempurna, dianggap tidak mampu bekerja dengan maksimal. Akhirnya dirinya mencoba bekerja secara mandiri yakni menjual jamu herbal dan menawarkannya kepada tetangga dan kenalannya.
Hasan Basri, 38, ingin membuktikan penyandang disabilitas tak boleh kalah meski punya keterbatasan. Bahkan harus bisa hidup mandiri dan tidak boleh bergantung belas kasih orang lain.
—————–
SIANG itu Hasan (Sapaan Hasan Basri) nampak sibuk memperbaiki sebuah pompa air milik tetangganya. Pria ini tinggal di sebuah gubuk kecil berbahan gedheg dan kayu di Dusun Kokon, Desa Liprak Wetan, Kecamatan Banyuanyar. Keterbatasan gerak yang dimiliki rupanya tidak menghambat dirinya untuk memperbaiki pompa air tersebut.
Terlahir dengan tidak memiliki kaki normal, Hasan Bisri mengaku dirinya sempat minder. Namun demikian dengan bertambahnya usia dan kematangan pola pikir, membuatnya harus bangkit untuk mengahadapi kenyataan. Serta terus berjuang untuk hidup tanpa mengandalkan belas kasihan orang lain.
“Siapa pun pasti menginginkan fisik yang sempurna. Tapi jika Tuhan sudah memberi dengan kondisi seperti ini, tetap harus disyukuri dan tetap semangat,” ujar Hasan saat ditemui di rumahnya, Jumat (8/10).
KEGIATAN: Hasan Basri saat mengikuti kegiatan yang melibatkan difabel lainnya. (Foto: Achmad Arianto/Jawa Pos Radar Bromo)
Jenjang pendidikan yang ditempuhnya sama dengan orang normal pada umumnya. Mulai dari jenjang SD, SMP, dan MA, dijalaninya. Walaupun banyak tantangan yang menerpa. Tapi keterbatasan gerak tidak menyurutkan langkahnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
“Saat sekolah ada saja teman sebaya yang mengejek, tapi saya biarkan. Keluarga dan guru sekolah mensupport saya agar tetap bersemangat. Jadi walaupun kemampuan saya pas-pasan yang penting saya bisa bersekolah dan lulus,” ungkapnya.
Hasan menceritakan tantangan terberat dalam hidupnya justru saat lulus MA. Hidup dengan ekonomi yang pas-pasan tidak ada yang bisa dilakukannya selain bekerja. Bekerja pun tidak semudah yang dibayangkan. Pasalnya dengan kondisi tidak sempurna, dianggap tidak mampu bekerja dengan maksimal. Akhirnya dirinya mencoba bekerja secara mandiri yakni menjual jamu herbal dan menawarkannya kepada tetangga dan kenalannya.