Kue matahari dikenal sebagai salah satu kue khas Lebaran yang rasanya gurih. Saat ini, kue Matahari makin jarang disuguhkan, terutama di perkotaan. Namun, di daerah pinggiran di Kabupaten Pasuruan, masih ada yang membuat kue ini. Tidak sekadar karena rasanya yang gurih, tapi juga untuk mengingat masa lalu.
MUKHAMAD ROSYIDI, Gondangwetan, Radar Bromo
“Kres kres,” suara gigitan kue matahari begitu menggugah selera. Hari itu, Habibatur Rohma, 31, sedang membuat jajanan lawas tersebut. Kue itu lantas dia suguhkan pada tamu-tamunya selama Lebaran.
Saat Lebaran, warga Desa Lajuk, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, itu memang sering membuat kue yang juga dikenal dengan nama kembang goyang itu. Sebab, cara membuatnya mudah. Dia pun membuat sendiri kue tersebut.
Lebih dari itu, Habiba mengenal kue matahari sejak kecil. Setiap Lebaran, emaknya selalu membuat kue matahari. Dia pun menjadikan hal itu sebagai tradisi Lebaran di rumahnya. Selain rasanya enak, baginya kue matahari adalah cara untuk mengenang Lebaran di masa lalu.
“Saya sekarang ikut suami. Makanya buat sendiri. Kalau dulu di rumah, pasti dibuatin emak,” kata ibu dua anak itu.
Habiba mendapat resep kue matahari dari emaknya. Caranya pun mudah. Hanya memerlukan beberapa bahan dan cetakan khusus. Prosesnya pun cepat.