Keindahan Bromo tak pernah habis untuk dibicarakan. Tak hanya view alam dan budaya yang terjaga. Ekowisata juga menggeliat. Seperti Taman Edelweiss yang jadi tempat budi daya bunga abadi di luar kawasan konservasi. Eduwisata ini sudah kantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) ini.
ARIF MASHUDI, Pasuruan, Radar Bromo
Langit tampak cerah. Arus lalu lintas di lereng Bromo Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, suatu siang di akhir pekan itu lumayan padat.
Sebagian besar, rupanya banyak berkunjung ke lokasi agrowisata budi daya bunga abadi edelweiss. Taman Edelweiss namanya. Lokasinya dibuat kekinian.
Masuk ke dalam wisata Taman Edelweiss, kita langsung disambut proses pembibitan tanaman yang juga disebut bunga badi itu. View bunga abadi memanjakan mata.
Teguh Wibowo, ketua kelompok tani (poktan) Hulun Hyang adalah yang mengelola wisata edelweiss tersebut. Teguh pula yang memelopori budi daya tanaman edelweiss dengan dukungan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
”Saya mulai belajar budi daya tanaman edelweiss ini akhir tahun 2016. Kalau wisata taman edelweiss ini baru dirintis tahun 2019 dan mulai dibuka tahun 2020,” kata Teguh, saat bertemu rombongan media dan BI Malang pada suatu kesempatan.
Pria kelahiran Pasuruan, 4 Mei 1984 itu menceritakan, budi daya edelweiss prosesnya cukup panjang. Ia belajar budi daya bunga abadi sekitar setahun.
Tanaman edelweiss sendiri termasuk tanaman yang dilindungi. Sesuai peraturan menteri lingkungan hidup dan kehutanan (LHK) nomor P.92/Menlhleetjen/Kum/1/8/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.