Memilih hidup sebagai wirausaha memang harus jeli menangkap peluang. Peluang pasar yang lebih besar, peluang lebih banyak menghasilkan cuan. Alasan ini pula yang membuat pasangan suami istri (pasutri) asal Kota Pasuruan ini memilih banting setir. Dari industri mebel ke olahan kuliner.
MUHAMAD BUSTHOMI, Pasuruan, Radar Bromo
Pengalaman itu benar-benar dirasakan Ahmad Sidiq dan istrinya, Mutmainah. Semula, pasutri yang tinggal di Kelurahan Randusari, Kecamatan Gadingrejo, itu melakoni usaha yang paling umum di sekitar rumahnya. Yaitu, industri mebel.
Memang bagi warga Bukir dan Randusari, industri mebel sudah menjadi usaha turun-temurun. Keterampilan melakoni usaha itu juga diwariskan dari waktu ke waktu. Situasi berbalik total ketika pandemi Covid-19 merebak dengan cepat di hampir semua belahan dunia.
Imbasnya luar biasa. Banyak warga terpapar. Aktivitas banyak dibatasi. Berbagai lini usaha terpukul. Tak terkecuali industri mebel yang saat itu ditekuni Sidiq.
Kala itu, Sidiq langsung berkeinginan berbuat sesuatu. Sebab, berdiam diri meratapi situasi juga tak mungkin mengubah keadaan. Menunggu iklim perekonomian kembali bergairah juga hanya menambah kecemasan saja.
Kalaupun harus menunggu, pertanyaan besarnya adalah sampai kapan? Dunia seolah dihadapkan pada serbaketidakpastian. Satu-satunya yang pasti adalah kebutuhan sehari-hari harus tetap terpenuhi. “Saya mulai terpikir untuk banting setir,” katanya.
Di sisi lain, pria 30 tahun itu juga paham. Memulai usaha baru bukan hal yang mudah, harus menyesuaikan keadaan. Bahwa usaha yang akan dirintis modalnya pasti terbatas. Tetapi bisa diputar dengan cepat dan ajek.