Selama ini, Agus Rochmad dikenal oleh tetangganya sebagai penjaga vila. Namun, ternyata dia juga seorang perajin kayu yang karyanya cukup apik. Berbagai macam kerajinan dihasilkannya, termasuk sejumlah miniatur alat transportasi.
RIZAL FAHMI SYATORI, Prigen
Sejumlah lembaran papan kayu terlihat menumpuk di teras rumah Agus Rochmad, warga Lingkungan Paras, Kelurahan Ledug, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Di sana, pria berusia 40 tahun itu juga tampak serius menggergaji satu persatu lembaran papan kayu lainnya.
Rupanya, lembaran papan kayu itu berusaha diubahnya menjadi huruf-huruf hijaiyah. Setelah terpotong, satu per satu dirangkai dan hasilnya menjadi kaligrafi yang cukup apik.
Kegiatan seperti ini, ternyata sering dilakukan Agus di rumahnya. Terutama, saat tidak ada pekerjaan lain kala siang dan sore. Maklum, selain perajin limbah kayu, bapak seorang anak ini saban harinya menjadi penjaga salah satu vila di desanya. “Saya menjadi perajin kayu ini sudah lumayan lama, sejak 2000. Kala itu saya belajar secara otodidak dan lama-lama jadi bisa,” ujarnya.
Berbagai macam kerajinan berbahan baku limbah kayu berhasil diciptakannya. Ada kaligrafi, miniatur becak, miniatur kapal, miniatur motor, dan sepeda. Ada juga pigura dan aneka topeng.
Semua kerajinan itu diproduksinya menggunakan peralatan sederhana dan masih serba tradisional. Seperti, gergaji tangan, pahat, dan palu. “Sebelumnya saya konsep dulu. Setelah itu baru dipotong sesuai ukuran. Dilanjutkan dengan merangkainnya sesuai barang yang akan dibuat,” ujarnya.
Agus mengaku, awalnya fokus dalam kerajinan kaligrafi dari kayu. Namun, setelah bisa membuat kaligrafi, Agus mengaku tertantang untuk menghasilkan karya lainnya. Karenanya, ia mencoba membuat beragam miniatur alat transportasi, termasuk juga membuat topeng. Agar corak dari kayunya tetap keluar, Agus memilih melapisinya dengan pelitur.
Dalam membuat setiap karyanya, Agus mengaku tidak bisa menentukan waktunya. Namun, paling lama antara dua sampai tiga hari. Ada juga yang sehari sudah jadi. Tentunya lamanya waktu pengerjaan itu disesuaikan dengan ukuran kerajinan yang akan dibuat.
“Paling cepat buat topeng dan miniatur serta pigura, ketimbang kaligrafi. Paling susah saat membuat kerajinan baru atau yang sebelumnya belum pernah saya buat sama sekali,” ujarnya.
Bertahun-tahun nyambi sebagai perajin kayu, kini hasil karyanya telah banyak dan tak terhitung. Sebab, selain dikoleksi sendiri di rumahnya, hasil kerajinan tangan ini juga banyak diminta oleh teman dan saudaranya. “Ini saya lakukan hanya untuk mengisi waktu luang di rumah sekaligus menyalurkan hobi. Bukan untuk diperjual-belikan,” ujarnya. (fun)