Dalam tim Tangguh Bencana BPBD Kabupaten Pasuruan, ada enam perempuan yang menjadi anggota Srikandi Tangguh Bencana. Meskipun perempuan, mereka turut terjun dalam penanganan bencana. Mulai dari evakuasi pohon tumbang sampai pembuatan dapur umum.
HUJAN deras baru turun di Bangil. Tak hanya hujan, tapi angin kencang juga menyertai. Akibatnya, beberapa pohon tumbang di beberapa titik. Karena itu, semua petugas BPBD Kabupaten Pasuruan pun langsung sigap ke lokasi.
Tak hanya petugas laki-laki yang turun ke lapangan, semua petugas perempuan yang standby di Kantor BPBD juga ikut turun. Salah satunya Fitria Nur Fita, 24, atau biasa dipanggil Fita. Dengan baju seragam BPBD warna oranye, Vita pun langsung sigap membersihkan ranting pohon di sekitar pohon yang tumbang.
Satu, dua, tiga. Vitapun ikut sigap menarik tali tampar untuk menarik ranting yang hampir jatuh.
“Kalau evakuasi pohon tumbang, kami juga ikut membantu. Entah untuk pembersihan ranting-ranting atau paling tidak membantu penarikan pohon,” terang Fita.
Sebenarnya tugas ini tugas biasa saja menurutnya. Tapi, seringkali warga di sekitar pohon tumbang melarang para srikandi ini ikut membantu.
“Sering sama warga dilarang. Katanya, perempuan kok ikut bantu membersihkan pohon tumbang. Sudah biar saya saja, kasihan kalau ikut membantu,” kata Fita menirukan warga yang biasanya melarang.
Sebagai salah satu dari enam Srikandi Tangguh Bencana, Fita memang seringkali hadir di lokasi bencana. Seperti, pohon tumbang atau longsor. Sebab, mereka bisa lebih luwes mengakomodir korban. Terutama kalau korbannya lansia, ibu dan anak.
Saat bencana banjir atau longsor, mereka juga sangat dibutuhkan. Terutama untuk membantu kegiatan dapur umum, juga mendata warga lansia, ibu dan anak yang terdampak.
Fita sendiri baru bergabung di BPBD pada September 2019. Lulusan D3 IT di Polinema Malang itu mengaku mau bergabung dengan BPBD, lantaran saat sekolah SMKN Bangil sempat magang di BPBD. Dari sana, dia merasa tertarik.
“Waktu itu merasa seperti panggilan hati. Meskipun lulusan IT, namun saya lebih mantap bekerja di bidang sosial seperti di BPBD,” terangnya.
Memang, Fita harus terjun ke lokasi bencana dan pulang malam. Namun, orang tuanya tak keberatan dan mendukung. Bahkan, Fita mengaku senang karena pekerjaannya saat ini bisa membuat dia leluasa membantu masyarakat.
Tak sendirian, ada juga Audita Kharisma, 29, atau biasa dipanggil Riris. Dia bergabung di BPBD pada 2013. Riris pun biasa pulang malam ke rumahnya di Rembang. Terutama kalau ada bencana banjir.
“Pernah sampai jam 12 malam baru pulang, karena membantu dapur umum pas banjir. Tapi biasanya ada rekan yang mengawal saat pulang. Jadi tidak pulang sendirian,” terangnya.
Selain keduanya, ada juga Zendra Mahar Qoissla Esthu, 23, warga Prigen dan Clara Fitria, 31, warga Grati yang sudah 3 tahun bergabung di BPBD. Menurut keduanya, menjadi bagian dari BPBD memanga ada suka dukanya. Suka karena bisa membantu sesama.
“Dukanya biasanya karena ikut merasakan penderitaan mereka. Apalagi yang sampai berhari-hari tidak bisa pulang ke rumah karena banjir. Jadi ikut sedih mendengar keluhan mereka,” lanjut Riris.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan Tectona Jati mengatakan, relawan perempuan di BPBD memang dibutuhkan. Karena itu, BPBD Kabupaten membentuk Srikandi Tangguh Bencana.

“Jadi dalam penanganan bencana, kami juga melibatkan perempuan. Tidak hanya laki-laki,” tuturnya.
Tecto menjelaskan bahwa semua bencana mulai dari longsor, banjir sampai pohon tumbang, butuh relawan perempuan. Tapi memang ada koridor yang disesuaikan dengan kaum hawa.
“Misalnya untuk pohon tumbang, membantu membersihkan ranting saja. Lalu, penanganan bencana juga tidak sampai semalaman,” terangnya.
Relawan perempuan ini juga sangat dibutuhkan saat evakuasi korban bencana seperti ibu-ibu, balita, lansia dan ibu hamil. Termasuk pendistribusian logistik seperti popok, obat-obatan, makanan dan sebagainya. Biasanya, masyarakat lebih terbuka saat yang membagikan relawan perempuan. Sehingga, kehadiran Srikandi Tangguh Bencana sangat membantu kegiatan penanganan bencana di Kabupaten Pasuruan. (eka/fun)