PROBOLINGGO, Radar Bromo–Perkembangan teknologi memudahkan segala aspek kehidupan. Termasuk mendongkrak pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Dasar itulah yang mendorong komunitas Averroes menggelar training Manajemen Kelembagaan dan Keuangan UMKM selama 2 hari (8-9/3) di Balroom Bremi Bromo View Hotel & Resto, Kota Probolinggo.
Agenda itu digelar untuk membantu pelaku UMKM untuk meningkatkan penjualan produk. Sekaligus meningkatkan jangkauan pasar melalui transformasi digital.
Training ini merupakan bagian dari Program Digital Transformation and Strengthening Resilience of SMEs. Kerja sama antara Komunitas Averroes didukung Sampoerna untuk Indonesia (SUI) dan pemerintah daerah.
Ada 35 pelaku UMKM yang mendapat kesempatan mengikuti training berharga ini. Diantaranya, 25 peserta UMKM dari Kabupaten Probolinggo, serta 10 pelaku UMKM dari Kota Probolinggo.
Pelaksana program Komunitas Averroes, Dwi Purbo Yuwono menyebut, kegiatan itu dilatar-belakangi dampak pasca-pandemi. Kemudian disambut isu bakal terjadi resesi dunia, yang telah menjadi tantangan global. Tak terkecuali bagi Indonesia.
Padahal, Indonesia mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat. Sebab, jumlah UMKM sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.
Bahkan, menurut Dwi, banyak riset menyebutkan UMKM adalah ujung tombak perekonomian Indonesia. Itulah mengapa peran UMKM bisa menjadi penyelamat bila dimaksimalkan.
“Salah satu strategi pengembagan UMKM yang wajib dilakukan saat ini adalah transformasi digital. Harapannya, pelaku usaha bisa semakin efisien dan memiliki pasar yang lebih luas,” jelasnya.
“Jadi, disini kami akan menguatkan fondasinya. Bagaimana ketahannya dengan memanfaatkan platform-platform digital. Itulah mengapa kegiatan ini berjudul Digital Transformation and Strengthening Resilience of SME’s,” imbuh Dwi Purbo.
Dari tujuan itu, Averroes merancang beberapa pertemuan selama 6 bulan kedepan. “Kami berikan suatu penguatan legalitas dan menejemen keuangannya. Menguatkan juga bagaimana produk pelaku UMKM ini agar sesuai dengan segmentasi pasar. Nah, setelah itu kami pun memberikan bermacam pilihan model marketing yang bisa dijalankan sekaligus dengan pelatihan lanjutannya,” paparnya.
Lebih jauh Dwi menjabarkan, pendampingan itu tak sekadar pelatihan semata. Sebab, di dalam pendampingan ada materi khusus yang diberikan kepada peserta.
“Setelah mengetahui pasar, kami memberikan marketing. Bukan hanya offline, tapi juga online dan covert selling atau penjualan terselubung. Bagaimana tips dan triknya. Setelah itu, masuk dalam ranah digital. Kami hanya membatasi pemanfaatannya saja,” jelentrehnya.