LECES, Radar Bromo – Mayoritas warga Desa Warujinggo, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, merupakan petani. Ada lebih dari 100 kepala keluarga (KK) di desa ini yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.
Total luas lahan pertanian di Warujinggo mencapai 100 hektare. Dari jumlah itu, 70 persen lahan ditanami bawang merah. Sebab, tanah di desa ini memang bagus untuk bertanam bawang merah. Sementara sisanya menanam padi atau jagung.
Tidak heran, produk unggulan pertanian di Desa Warujinggo adalah bawang merah. Sepanjang tahun, petani di Desa Warujinggo menanam bawang merah. Dan, untuk menjaga kestabilan perekonomian warga, hasil panen dibeli Pemerintah Desa (Pemdes) Warujinggo.
“Harga beli oleh pemdes selalu di atas harga pasar. Selanjutnya, hasil panen yang dibeli ini disimpan di gudang desa selama tiga sampai empat bulan hingga mengering,” terang Kades Warujinggo Edy Suwarwi.
Selanjutnya, bawang yang mengering ini dijual lagi untuk dijadikan bibit bawang. Meski terjadi penyusutan hingga 20 persen untuk berat bawang, namun harga jual bibit lebih mahal dari harga saat dibeli.
“Misalnya, harga beli saat panen Rp 20 ribu per kilogram. Kalau dijual lagi dalam bentuk bibit bisa Rp 30 ribu per kilogram. Nah, selisih ini menjadi keuntungan pemdes yang masuk ke kas desa,” ungkapnya.
Cara ini dilakukan sebagai bentuk perhatian pemdes dalam program ketahanan pangan. Sehingga, petani tidak kebingungan menjual hasil panen mereka. Selain itu, cara itu dilakukan untuk menghindari adanya petani yang berhutang demi modal.
“Kalau sampai berhutang untuk modal tani, mereka terpaksa harus menjual hasil panennya pada peminjam itu. Ruginya, harga jualnya pasti di bawah pasar. Harga pasaran Rp 20 ribu, bisa dibeli cuma Rp 18 ribu per kilogram,” terang Edy.