25.5 C
Probolinggo
Wednesday, March 29, 2023

Cuaca Ekstrem, Kualitas Bawang Prei di Probolinggo Menurun

SUKAPURA, Radar Bromo– Cuaca yang tak menentu akibat pancaroba, membuat para petani di Kabupaten Probolinggo harus bersabar. Terutama petani bawang prei di Kecamatan Sukapura. Kini, banyak tanaman mereka yang rusak. Bagian ujung daunnya menguning.

Seperti diungkapkan Muliadi, 55, petani asal Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura. Menurutnya, bawang prei yang ditanam daunnya banyak menguning. Memang masih laku dijual, namun harganya turun. “Harganya naik turun. Namun, ketika kondisi seperti ini (menguning) malah makin turun,” ujarnya.

Misalnya, harga bawang prei saat ini Rp 2.000 per kilogram, kata Muliadi, ketika daunnya sebagian atau ujungnya kuning bisa hanya Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram. “Jadi sudah harganya turun dari harga normal, ditambah turun lagi karena kualitasnya kurang bagus,” katanya, Senin (24/10).

Baca Juga:  Ada Larangan Nelayan Melaut, Wisatawan Tetap Berenang di Pelabuhan

Hal senada diungkapkan Suwarto, 49. Menurutnya, saat ini kondisi pertanian, termasuk bawang perei kurang baik. Ketika pancaroba, hasil panen tidak begitu menguntungkan.

“Hidup di dataran tinggi, enak gak enak. Itu tidak enaknya. Enaknya hidup di dataran tinggi banyak destinasi wisata. Seperti di Bromo, sehingga saya juga bisa nyambi jadi sopir jip,” katanya. (rpd/rud)

SUKAPURA, Radar Bromo– Cuaca yang tak menentu akibat pancaroba, membuat para petani di Kabupaten Probolinggo harus bersabar. Terutama petani bawang prei di Kecamatan Sukapura. Kini, banyak tanaman mereka yang rusak. Bagian ujung daunnya menguning.

Seperti diungkapkan Muliadi, 55, petani asal Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura. Menurutnya, bawang prei yang ditanam daunnya banyak menguning. Memang masih laku dijual, namun harganya turun. “Harganya naik turun. Namun, ketika kondisi seperti ini (menguning) malah makin turun,” ujarnya.

Misalnya, harga bawang prei saat ini Rp 2.000 per kilogram, kata Muliadi, ketika daunnya sebagian atau ujungnya kuning bisa hanya Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram. “Jadi sudah harganya turun dari harga normal, ditambah turun lagi karena kualitasnya kurang bagus,” katanya, Senin (24/10).

Baca Juga:  PPKM Diperpanjang, Begini Kondisi di Probolinggo

Hal senada diungkapkan Suwarto, 49. Menurutnya, saat ini kondisi pertanian, termasuk bawang perei kurang baik. Ketika pancaroba, hasil panen tidak begitu menguntungkan.

“Hidup di dataran tinggi, enak gak enak. Itu tidak enaknya. Enaknya hidup di dataran tinggi banyak destinasi wisata. Seperti di Bromo, sehingga saya juga bisa nyambi jadi sopir jip,” katanya. (rpd/rud)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru