27 C
Probolinggo
Saturday, March 25, 2023

Minibus Bison ke Bromo Dulu Ada Puluhan, Sekarang Tersisa Belasan

Harusnya, lanjut Yusuf, bus berhenti di terminal saja. Sehingga saat ke Cemorolawang memakai jasa Bison. “Dan saat masuk kawasan lautan pasir dan sebagainya pakai jip,” katanya.

Tentunya persoalan pendapatan penumpang ini adalah hal yang besar bagi para sopir. Mereka sudah pernah dikumpulkan. Sebut saja saat ada kesempatan berdialog dengan Dinas Perhubungan Provinsi. Dinas tidak bisa memberikan jawaban ketika pada sopir Bison meminta agar jalurnya dibersihkan.

“Kami ini resmi dan berada di bawah naungan Dishub Provinsi Jatim. Dulu ketika masih ada paguyuban, sempat kami menyuarakan ke Dishub Jatim agar jalan kami dibersihkan. Sayangnya dari Dishub Jatim tidak bisa menjawabnya,” lanjutnya.

Jika dibiarkan begitu terus, maka dia tidak bisa memikirkan kelanjutan Bison. “Sepertinya tidak sampai lima tahun ke depan. Sebab saat ini saja sulit penumpang. Ini kan sistemnya ngantre. Mobil ini saja sudah lima hari belum jalan sama sekali,” tuturnya.

Dari segi tarif, Bison sebenarnya bersaing. Masing-masing penumpang dari Terminal hingga ke Cemorolawang Rp 50 ribu. Kapasitas 15 penumpang satu Bison. “Regulasinya belum diperbarui mas. Kalau dulu Rp 35 ribu dengan catatan menunggu 15 penumpang baru berangkat. Nah untuk saat ini Rp 50 ribu dengan catatan sudah ada 10 penumpang baru berangkat. Kami nonstop sehingga Bison jurusan Bromo akan ada terus,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Alif, 39, sopir Bison lainnya. Menurutnya, pendapatan sopir dalam sekali jalan Rp 50 ribu. Jika uang itu digunakan untuk ngetem menunggu penumpang dari pagi hingga malam, maka uang Rp 50 ribu tersebut tidak cukup.

“Belum cukup untuk belanja orang di rumah. Kami berharap ada solusi dari pemerintah terkait dengan angkutan Bison ini,” harapnya. (rpd/fun)

Harusnya, lanjut Yusuf, bus berhenti di terminal saja. Sehingga saat ke Cemorolawang memakai jasa Bison. “Dan saat masuk kawasan lautan pasir dan sebagainya pakai jip,” katanya.

Tentunya persoalan pendapatan penumpang ini adalah hal yang besar bagi para sopir. Mereka sudah pernah dikumpulkan. Sebut saja saat ada kesempatan berdialog dengan Dinas Perhubungan Provinsi. Dinas tidak bisa memberikan jawaban ketika pada sopir Bison meminta agar jalurnya dibersihkan.

“Kami ini resmi dan berada di bawah naungan Dishub Provinsi Jatim. Dulu ketika masih ada paguyuban, sempat kami menyuarakan ke Dishub Jatim agar jalan kami dibersihkan. Sayangnya dari Dishub Jatim tidak bisa menjawabnya,” lanjutnya.

Jika dibiarkan begitu terus, maka dia tidak bisa memikirkan kelanjutan Bison. “Sepertinya tidak sampai lima tahun ke depan. Sebab saat ini saja sulit penumpang. Ini kan sistemnya ngantre. Mobil ini saja sudah lima hari belum jalan sama sekali,” tuturnya.

Dari segi tarif, Bison sebenarnya bersaing. Masing-masing penumpang dari Terminal hingga ke Cemorolawang Rp 50 ribu. Kapasitas 15 penumpang satu Bison. “Regulasinya belum diperbarui mas. Kalau dulu Rp 35 ribu dengan catatan menunggu 15 penumpang baru berangkat. Nah untuk saat ini Rp 50 ribu dengan catatan sudah ada 10 penumpang baru berangkat. Kami nonstop sehingga Bison jurusan Bromo akan ada terus,” terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Alif, 39, sopir Bison lainnya. Menurutnya, pendapatan sopir dalam sekali jalan Rp 50 ribu. Jika uang itu digunakan untuk ngetem menunggu penumpang dari pagi hingga malam, maka uang Rp 50 ribu tersebut tidak cukup.

“Belum cukup untuk belanja orang di rumah. Kami berharap ada solusi dari pemerintah terkait dengan angkutan Bison ini,” harapnya. (rpd/fun)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru