LECES, Radar Bromo – Jembatan sepanjang 24 meter putus setelah dihantam banjir bandang di Desa Tigasan Wetan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Fondasi jembatan bagian barat dan timur ambruk. Bahkan, strukturnya hancur.
Padahal, jembatan selebar 3 meter itu menjadi penghubung warga antardesa di Kecamatan Leces. Mulai Desa Tigasan Wetan, Pondok Wuluh, juga Desa Leces sendiri. Namun hanya kendaraan roda dua dan pejalan kaki yang bisa lewat. Sebab, akses jalan menuju jembatan masih sempit.
Dengan putusnya jembatan itu, setidaknya 2.500 jiwa warga Desa Tigasan Wetan terdampak. Khususnya warga Dusun Krajan dan Dusun Pandansari. Mereka harus berputar sekitar 7 kilometer melewati Jalan Raya Leces.
Kabid Kedaruratan dan Logistik di BPBD Kabupaten Probolinggo, Sugeng S. Yoga menjelaskan, jembatan beton di Desa Tigasan Wetan itu putus setelah dihantam banjir. Kejadiannya bersamaan dengan banjir terakhir di Kecamatan Dringu, Rabu (10/3). Jembatan tersebut statusnya milik desa.
”Kami sudah datangi jembatan itu sehari setelah jembatan tersebut putus. Karena jembatan itu statusnya milik desa, ya menjadi kewenangan desa,” katanya.
Sejauh ini, menurut Sugeng, belum ada koordinasi atau laporan pemdes setempat tentang jembatan putus dampak banjir itu. Sementara pihaknya menunggu petunjuk. Mengingat, status jembatan tersebut milik desa.
”Desa sebenarnya bisa mengajukan perbaikan melalui camat kepada Ibu Bupati. Tapi keputusan tetap menunggu petunjuk Ibu Bupati,” ujarnya.
Kades Tigasan Wetan Nasan menjelaskan, jembatan itu dibangun tahun 2019 menggunakan anggaran Dana Desa (DD). Jembatan lantas putus setelah dihantam banjir bandang Sungai Kedunggaleng.
Banjir menghantam fondasi barat dan timur. Sehingga, ambruk. Namun struktur jembatan bagian tengah tidak ambruk.
”Jembatan tidak dapat dilalui karena fondasi jembatan hancur kena derasnya air sungai. Bukan air sungai biasa, tapi banjir bandang,” ujarnya.
Menurut Kades, rehab jembatan itu tidak memungkinkan dilakukan tahun ini. Karena kegiatan anggaran tahun ini sudah ditetapkan. Kemungkinan baru bisa diperbaiki tahun 2022.
”Nanti kami juga akan koordinasi dan berharap jembatan rusak karena banjir ini bisa diperbaiki oleh Pemkab Probolinggo,” harapnya.
Di sisi lain, putusnya jembatan di Desa Tigasan Wetan itu membuat warga setempat harus memutar 7 kilometer untuk mencapai dusun tetangga. Namun ada warga yang enggan memutar lebih jauh. Mereka pun memilih menyeberang sungai. Umumnya, pejalan kaki yang menyeberangi sungai itu.
”Jembatan itu jadi satu-satunya akses jalan. Biasanya pejalan kaki dan pengendara motor yang lewat jembatan ini. Karena putus ya kami menyeberang sungai,” kata Musarofah, 18, warga Desa Tigasan Wetan.
Musarofah tidak sendiri. Ada beberapa warga yang menyeberangi sungai itu dengan melewati aliran sungai di sebelah utara jembatan. Mereka memilih titik yang aliran airnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu dalam.
Musarofah mengatakan, jembatan itu putus sekitar 2 minggu lalu. Sejak itu, warga yang naik motor harus berputar untuk ke dusun atau desa sebelah. Karena tidak ada jembatan lain yang bisa mereka lalui.
Maka, warga yang biasa jalan kaki pun menyeberang sungai agar bisa mencapai dusun atau desa tetangga dengan cepat. Itu pun menunggu arus sungai kecil.
”Kalau air sungainya besar atau tinggi, ya tidak berani nyeberang. Kalau pas tidak hujan dan airnya tidak deras, warga jalan kaki menyeberang sungai ini,” ungkapnya.
Siti Muna, 58, warga setempat berharap jembatan itu bisa segera diperbaiki. Paling tidak, jembatan sementara. Yang terpenting bisa dilewati dan aman. Karena jembatan itu dibutuhkan untuk menyeberang.
”Saya dan warga berharap jembatan itu bisa diperbaiki dan bisa dilewati lagi. Supaya mudah menyeberang,” harapnya. (mas/hn)