29.8 C
Probolinggo
Tuesday, May 30, 2023

Ojek Kuda di Bromo Semakin Berkurang

SUKAPURA, Radar Bromo– Di era gempuran kendaraan modern, jumlah penyedia ojek kuda di kawasan Gunung Bromo terus berkurang. Namun, tak sedikit yang memilih bertahan. Meski pendapatannya menurun.

Seperti diungkapkan salah seorang penyedia jasa ojek kuda, Jono. Warga Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, ini mengatakan, sebelum muncul pandemi Covid-19, penyedia jasa ojek kuda yang tergabung dalam paguyuban mencapai 400 orang.

Dampak munculnya pandemi juga dirasakan para pelaku jasa wisata. Termasuk para penyedia ojek kuda. Banyak di antara mereka yang menjual kudanya. Karena itu, saat ini penyedia ojek kuda tersisa sekitar 350 orang.

Kata Jono, banyak di antara penyedia ojek kuda yang memilih menjual kudanya, karena pendapatan sepi. Selain itu, juga mengejar harga kuda yang semakin tua semakin murah.

Baca Juga:  Terapkan Tiket Online, Bromo Ditarget Sumbang Rp 20 M

“Kuda harganya mahal ketika masih muda. Semakin tua, semakin murah. Saat usianya menginjak 2 tahun atau saat usia siap dinaiki, harganya bisa mencapai Rp 20 juta. Jika perawatanya baik, pada usia 5 hingga 7 tahun bisa Rp 30 juta. Namun, menginjak usia 15 tahun ke atas, harganya mulai turun. Bisa jadi Rp 13-10 juta,” jelas Jono.

Seiring berjalannya waktu, kata pria 33 tahun ini, di kawasan Gunung Bromo, juga banyak penyedia jasa penyewaan kendaraan modern. Seperti sepeda motor trail dan All Terrain Vehicle (ATV). Hal ini juga memengaruhi pendapatan penyedia jasa ojek kuda.

Dulu, sebelum pandemi, ketika weekend, penyedia jasa ojek kuda bisa mendapatkan penumpang hingga 8 orang per hari. Bahkan, bisa sampai 10 penumpang. “Maksimal sudah 10 penumpang, karena kalau sampai 10 penumpang, kuda sudah capek,” ujarnya.

Baca Juga:  Sebulan, Dua Ular Masuk Permukiman Warga Kota Probolinggo

SUKAPURA, Radar Bromo– Di era gempuran kendaraan modern, jumlah penyedia ojek kuda di kawasan Gunung Bromo terus berkurang. Namun, tak sedikit yang memilih bertahan. Meski pendapatannya menurun.

Seperti diungkapkan salah seorang penyedia jasa ojek kuda, Jono. Warga Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, ini mengatakan, sebelum muncul pandemi Covid-19, penyedia jasa ojek kuda yang tergabung dalam paguyuban mencapai 400 orang.

Dampak munculnya pandemi juga dirasakan para pelaku jasa wisata. Termasuk para penyedia ojek kuda. Banyak di antara mereka yang menjual kudanya. Karena itu, saat ini penyedia ojek kuda tersisa sekitar 350 orang.

Kata Jono, banyak di antara penyedia ojek kuda yang memilih menjual kudanya, karena pendapatan sepi. Selain itu, juga mengejar harga kuda yang semakin tua semakin murah.

Baca Juga:  Kepulan Asap Bromo Kian Pekat, Sempat Turun Hujan Abu

“Kuda harganya mahal ketika masih muda. Semakin tua, semakin murah. Saat usianya menginjak 2 tahun atau saat usia siap dinaiki, harganya bisa mencapai Rp 20 juta. Jika perawatanya baik, pada usia 5 hingga 7 tahun bisa Rp 30 juta. Namun, menginjak usia 15 tahun ke atas, harganya mulai turun. Bisa jadi Rp 13-10 juta,” jelas Jono.

Seiring berjalannya waktu, kata pria 33 tahun ini, di kawasan Gunung Bromo, juga banyak penyedia jasa penyewaan kendaraan modern. Seperti sepeda motor trail dan All Terrain Vehicle (ATV). Hal ini juga memengaruhi pendapatan penyedia jasa ojek kuda.

Dulu, sebelum pandemi, ketika weekend, penyedia jasa ojek kuda bisa mendapatkan penumpang hingga 8 orang per hari. Bahkan, bisa sampai 10 penumpang. “Maksimal sudah 10 penumpang, karena kalau sampai 10 penumpang, kuda sudah capek,” ujarnya.

Baca Juga:  Nyambangi Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf usai Ambruk saat Apel Tagana di Bromo

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru