Sebab, penyakit ini bisa tertular melalui beberapa cara. Seperti kontak dengan lingkungan, air, tanah becek, atau lumpur yang mengandung bakteri leptospira. Kemudian bakteri masuk melalui bagian tubuh yang lula ataupun lecet.
“Yang paling banyak kasus ditemukan karena faktor banjir,” kata dr. Ahmad Shohib, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Pasuruan.
Sejauh ini, dinasnya memastikan tidak ada kasus leptospirosis di Kota Pasuruan. Kendati demikian, masyarakat tetap diminta waspada. Terutama mengenali beberapa gejala klinis yang ditimbulkan saat terserang penyakit tersebut. Antara lain demam tinggi, sakit kepala, badan lemas, nyeri otot hingga kesulitan berjalan. Penderita juga bisa mengalami kemerahan ada selaput putih mata dan kekuningan pada kulit.
“Sejauh ini tidak ada. Tetapi kalau masyarakat mengalami gejala klinis dimaksud, kami harap segera memeriksakan ke fasilitas kesehatan,” ujarnya.
Bila lebih cepat terdeteksi, penanganannya juga akan lebih cepat dilakukan. Mengingat, penyakit tersebut juga cukup berbahaya apabila terlambat ditangani. Di sisi lain, pihaknya juga menekankan pentingnya upaya pencegahan. Agar kasus leptospirosis tidak sampai terjadi. Di antaranya dengan menempatkan makanan dan minuman yang aman dari jangkauan tikus. Kemudian rajin mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah terpapar air banjir, tanah becek, atau lumpur.
“Yang terpenting menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,” katanya. (mas/tom/fun)