KANIGARAN, Radar Bromo – Kasus infeksi penyakit leptospirosis di Kota Probolinggo, terus bertambah. Begitu juga penderita leptospirosis yang berujung kematian. Hingga Senin (13/3), di Kota Probolinggo ada 7 kasus leptospirosis dengan dua kasus di antaranya mengakibatkan penderita meninggal.
Dinas Kesehatan dan P2KB Kota Probolinggo meminta masyarakat untuk waspada terhadap kasus infeksi leptospirosis. Khususnya di lingkungan yang terdapat banyak tikus.
“Sejak awal tahun hingga 13 Maret, dua penderita tidak dapat terselamatkan. Penderita asal Wonoasih dan Kanigaran. Mereka usia 33 tahun dan 58 tahun pada awal Maret dan minggu kedua bulan Maret,” kata Kepala Dinkes-P2KB Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati.
Ida-sapaan akrabnya menerangkan, penyebaran penyakit leptospirosis ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menyebar melalui kencing tikus. Selain itu, penyebaran bakteri melalui urine ini biasanya terdapat pada genangan air. “Biasanya genangan yang sudah tercemar kencing tikus inilah yang dapat menularkan penyakit ini. Selain itu, penyakit ini akan menular ke manusia melalui luka yang dimilikinya,” ujarnya.
Ida menambahkan, antisipasi dan pencegahan kasus leptospirosis sudah dilakukan. Bahkan, akhir tahun 2022 kemarin, pihaknya sudah terbitkan SE (surat edaran) kewaspadaan KLB leptospirosis di Kota Probolinggo. Meskipun penyakit tersebut tergolong langka, jika tidak segera diobati dan ditagani, bisa mengakibatkan kematian.
”SE tersebut sebagai bentuk kewaspadaan. Supaya, dapat meningkatkan kewaspadaan di daerah-daerah yang berpotensi terjadi KLB Leptospirosis. Seperti daerah banjir, persawahan, permukiman kumuh dan daerah yang memiliki factor resiko lainnya. Apalagi, saat ini memasuki musim hujan,” terangnya.
Tetap Waspada Meski Nihil Kasus
Sementara itu, meski di Kota Pasuruan belum ditemukan kasus tersebut, Dinas Kesehatan meminta masyarakat waspada dan disiplin dalam melakukan pencegahan.