25.5 C
Probolinggo
Wednesday, March 29, 2023

Temukan 5 Kasus Leptospirosis di Kota Probolinggo, 1 Pasien Meninggal

WONOASIH, Radar Bromo – Masyarakat Kota Probolinggo harus lebih waspada terhadap penyakit leptospirosis. Pada awal 2023, muncul lima kasus. Dari lima pasien itu, salah satunya meninggal dunia.

Dari data Dinas Kesehatan, Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinkes-PPKB) Kota Probolinggo, secara kumulatif pada rentang 2017-2023, setiap tahun selalu ditemukan kasus leptospirosis. Kecamatan Kanigaran masuk wilayah dengan infeksi tertinggi, sebanyak 17 kasus. Disusul Kecamatan Kedopok (16 kasus), Kecamatan Mayangan (14 kasus), Kecamatan Wonoasih (9 kasus), dan Kecamatan Kademangan (7 kasus).

Plt Kepala Dinkes-PPKB Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati mengatakan, kasus leptospirosis menjadi perhatian serius. Tahun 2022, ada 6 kasus leptospirosis dan satu pasien meninggal dunia.

Baca Juga:  Booking Online untuk Tiket Masuk Wisata Gunung Bromo Tak Maksimal

Pada awal tahun ini, ditemukan 5 kasus virus leptospirosis. Bahkan, satu penderita meninggal dunia. Karena itu, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi pencegahan terhadap virus leptospirosis.

“Pasien virus leptospirosis yang meninggal, baru kami terima laporannya kemarin (Selasa). Pasien dari Kecamatan Wonoasih,” ujarnya, Rabu (8/3).

Antisipasi dan pencegahan, kata Ida, sudah dilakukan. Pada akhir 2022, pihaknya mengeluarkan surat edaran (SE) kewaspadaan kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis di Kota Probolinggo. Meski penyakit ini tergolong langka, jika tidak segera diobati dan ditangani, bisa mengakibatkan kematian.

“SE tersebut sebagai bentuk kewaspadaan. Supaya dapat meningkatkan kewaspadaan di daerah-daerah yang berpotensi terjadi KLB leptospirosis. Seperti daerah banjir, persawahan, pemukiman kumuh, dan daerah yang memiliki faktor risiko lainnya. Apalagi, saat ini memasuki musim hujan,” terangnya. (mas/rud)

Baca Juga:  Mayoritas Penderita Leptospirosis di Kota Probolinggo Laki-laki

WONOASIH, Radar Bromo – Masyarakat Kota Probolinggo harus lebih waspada terhadap penyakit leptospirosis. Pada awal 2023, muncul lima kasus. Dari lima pasien itu, salah satunya meninggal dunia.

Dari data Dinas Kesehatan, Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinkes-PPKB) Kota Probolinggo, secara kumulatif pada rentang 2017-2023, setiap tahun selalu ditemukan kasus leptospirosis. Kecamatan Kanigaran masuk wilayah dengan infeksi tertinggi, sebanyak 17 kasus. Disusul Kecamatan Kedopok (16 kasus), Kecamatan Mayangan (14 kasus), Kecamatan Wonoasih (9 kasus), dan Kecamatan Kademangan (7 kasus).

Plt Kepala Dinkes-PPKB Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati mengatakan, kasus leptospirosis menjadi perhatian serius. Tahun 2022, ada 6 kasus leptospirosis dan satu pasien meninggal dunia.

Baca Juga:  Ramaikan Museum Tengger dengan Dimasukkan ke Jalur Wisatawan

Pada awal tahun ini, ditemukan 5 kasus virus leptospirosis. Bahkan, satu penderita meninggal dunia. Karena itu, pihaknya terus menggencarkan sosialisasi pencegahan terhadap virus leptospirosis.

“Pasien virus leptospirosis yang meninggal, baru kami terima laporannya kemarin (Selasa). Pasien dari Kecamatan Wonoasih,” ujarnya, Rabu (8/3).

Antisipasi dan pencegahan, kata Ida, sudah dilakukan. Pada akhir 2022, pihaknya mengeluarkan surat edaran (SE) kewaspadaan kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis di Kota Probolinggo. Meski penyakit ini tergolong langka, jika tidak segera diobati dan ditangani, bisa mengakibatkan kematian.

“SE tersebut sebagai bentuk kewaspadaan. Supaya dapat meningkatkan kewaspadaan di daerah-daerah yang berpotensi terjadi KLB leptospirosis. Seperti daerah banjir, persawahan, pemukiman kumuh, dan daerah yang memiliki faktor risiko lainnya. Apalagi, saat ini memasuki musim hujan,” terangnya. (mas/rud)

Baca Juga:  Satu Orang di Kab Probolinggo Meninggal Dunia Kena Leptospirosis di Awal tahun

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru