MAYANGAN, Radar Bromo – Puluhan orang bertato mendatangi Rumah Dinas Wali Kota Probolinggo. Mereka berbondong-bondong datang dengan rasa penyesalan telah memelihara tato di badannya. Sabtu (4/3), mereka meminta tatonya dihapus.
Salah satunya Edi Wawan Hendrianto, warga Kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo. Ia mengaku datang untuk menghapus tato kalajengking di tangannya.
“Dulu kan masih muda. Mikirnya tidak panjang. Cuma senang sudah punya tato. Kebanyakan kalau pakai tato itu sangar, ganteng, keren, dan laki gitu. Sekarang pengen dihapus, karena sudah punya istri dan anak. (Punya tato) kayaknya tidak pantas,” ujarnya.
Tidak hanya kaum Adam, ada juga dari haum Hawa. Salah satunya perempuan berinisial PT, 27, asal Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Ia mengaku menyesal telah menato kulitnya. Karena, tidak ada manfaatnya sama semali.
“Udah nyesel, pengen bersih aja. Apalagi urusan pekerjaan memang diharuskan tidak boleh bertato. Mending jangan (bertato) deh, untuk cari kerja susah,” ungkapnya.
Kegiatan Hijrah Hapus Tato, ini digelar oleh Pemkot Probolinggo bersama Laznas Dewan Dakwah Jatim dan Kota Probolinggo. Tercatat, ada 42 yang mendaftar secara online dan 13 pendaftar offline.
“Apalagi ini free (gratis). Kami juga pernah tanya (sambil menunjukkan lengan), dengan lebar segini biaya hapus sebesar Rp 2-4 juta. Macam-macam tergantung motifnya. Memang memfasilitasi supaya teman-teman yang salah jalan bisa hijrah. Termasuk dari luar kota juga banyak,” ujar Ketua Dewan Dakwah Kota Probolinggo, Heri Wijayani.