TONGAS, Radar Bromo – Mahar dalam perkawinan, merupakan barang paling berharga. Selain menjadi salah satu syarat sahnya perkawinan, mahar juga akan dikenang untuk selama-lamanya. Tak ayal, banyak calon pengantin memilih mahar yang begitu spesial, tak mudah dilupakan, dan memiliki makna tertentu.
Samsul Mukmin, 46, warga Desa Tongas Wetan, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, juga demikian. Meski sudah tidak muda lagi, ia berusaha memberikan mahar dengan makna mendalam untuk istrinya, Sumiati, 45. Warga Desa Bayeman, Kecamatan Tongas, itu pun diberi mahar linggis.
Samsul mengaku, sebelumnya pernah menikah. Begitu juga dengan Sumiati. Semuanya sudah menjadi masa lalu. Katanya, pernikahan kali kedua ini sangat penting. Apalagi, keduanya sudah pernah sama-sama menikah dan tidak muda lagi.
Ia mengaku berinisiatif memberikan mahar linggis, karena berharap pernikahannya kali ini berjalan dengan baik. Kokoh seperti linggis. “Linggis merupakan alat yang dapat digunakan untuk apa saja dengan bentuknya yang kokoh. Saya pernah menikah, begitu juga istri. Itu sebabnya, kami berharap pernikahan ini langgeng dan kokoh seperti linggis,” katanya.
Selain linggis, Samsul juga memberi mahar uang Rp 100 ribu. Dengan pernikahan yang dilakukan dengan cara sederhana, bagi Sumiati tidak masalah. Ia menerima diakad di Kantor Urusan Agama (KUA) Tongas, dengan maskawin linggis dan uang Rp 100 ribu.
Kepala KUA Kecamatan Tongas Wildan Mahbubul mengatakan, dalam pernikahan bukan masalah besar kecilnya mahar. “Kami berharap falsafah linggis yang kuat dan banyak fungsinya, bisa menjadikan ikatan yang kuat juga dalam pernikahan, sehingga menjadikan pasangan sakinah, mawaddah, warahmah,” harapnya Wildan. (rpd/rud)