PASURUAN, Radar Bromo – Pembangunan gedung sekolah di Kota Pasuruan harus benar-benar berkualitas. Sehingga hasil pembangunannya bisa dimanfaatkan dengan aman. Jangan sampai insiden SDN Gentong terulang kembali. Itulah alasan utama di balik sidak Komisi III DPRD Kota Pasuruan di SDN Panggungrejo yang sedang direhab.
Ketua Komisi III DPRD Kota Pasuruan Ismu Hardiyanto menuturkan, insiden memilukan pada 2018 lalu menjadi perhatian banyak pihak. Karena itu, dia tak ingin terjadi hal serupa di Kota Pasuruan. Apalagi diakibatkan kualitas konstruksi yang rendah.
“Makanya pembangunan gedung sekolah saat ini juga menjadi perhatian kami. Terutama mengenai konstruksi atap,” kata Ismu, Senin (30/8).
Pantauan di lokasi, rehab tiga gedung yang dilakukan sudah terlihat. Pengerjaan yang sedang berjalan bahkan sudah sampai pada konstruksi atap. “Penekanan kami agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan perencanaan,” kata anggota Komisi III DPRD Kota Pasuruan Syaifuddin.
Kabid Cipta Karya di Dinas PUPR Kota Pasuruan Uuk Waluyo menjelaskan, ada tiga gedung di SDN Panggungrejo yang tengah direhab. Proyek senilai Rp 1,2 miliar itu dimulai sejak 8 Juli 2021. Dan berlangsung selama 120 hari. “Ada tiga lokal. Jadi dua gedung itu dibangun total karena kerusakannnya cukup berat dan satu gedung lagi hanya rehab atap,” bebernya.
Sulton selaku konsultan pengawas dalam proyek itu mengakui ada keterlambatan pengerjaan proyek itu. Hingga saat ini, proyek itu seharusnya sudah mencapai progres 41,6 persen. Tetapi capaiannya baru 30,8 persen. “Jadi terlambat 10,8 persen. Hari ini sudah kami luncurkan surat teguran ke pelaksana,” katanya.
Dia menyebut, keterlambatan itu terjadi karena dua gedung yang akan dibangun harus lebih dulu dibongkar. Proses pembongkaran inilah yang disebutnya memicu keterlambatan dari pengerjaan proyek tersebut. “Gedung yang bertingkat ini harus dirobohkan dulu karena ambles. Penurunannya sudah lebih dari 40 sentimeter dari kondisi eksisting,” bebernya.
Sulton juga menjelaskan, jika bangunan itu dirobohkan dengan cara manual. Sehingga lebih memakan waktu. Mengapa dengan cara manual? Pihaknya khawatir jika merobohkan gedung menggunakan alat berat. Mengingat lokasi gedung sekolah itu berhimpitan dengan rumah warga. Khawatirnya, reruntuhan material yang dibongkar terkena rumah warga sekitar.