PASURUAN, Radar Bromo – Membeludaknya pengunjung di kawasan Alun-alun Kota Pasuruan memunculkan persoalan baru. Kendaraan bermotor yang masuk ke kawasan itu jadi makin banyak. Parkir liar tambah semrawut. Tempat berjualan PKL tak lagi tertata.
Dan Senin (27/3), para PKL mulai ditertibkan. Aparat pemerintah dan keamanan menata tempat mereka berjualan. Mereka tidak boleh lagi berjualan di tepi trotoar alun-alun.
Melainkan di sisi terluar, di seberang jalan. Berdempetan dengan jalur pedestrian. Dan tidak boleh menggelar tikar di trotoar.
Beberapa PKL sempat memindahkan gerobaknya. Semua berjajar rapi. Mulai dari Jalan Alun-alun Utara, Timur, hingga Selatan. Namun, penataan itu menemukan jalan buntu.
Seolah hendak meluapkan unek-uneknya, para pedagang langsung mengerumuni Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf dan rombongan Forkopimda yang Senin (26/3) mendatangi lokasi. Mereka memprotes penataan PKL itu.
Pemkot pun menurunkan beberapa orang untuk melakukan mediasi. Antara lain Kepala Disperindag Yanuar Afriansyah, Camat Panggungrejo Hermanto, Ketua DPRD Ismail M. Hasan, dan anggotanya, H. Sufiyan.
Namun, para pedagang berksieras. Mereka enggan dipindahkan dari tempat semula. Mereka menganggap, jumlah pengunjung alun-alun akan menurun, jika lokasi parkir dijauhkan dari kawasan alun-alun. Sebab, pengunjung jadi enggan masuk ke alun-alun karena tempat parkir kendaraan terlampau jauh dari alun-alun.
“Sekarang sudah mau Lebaran, Pak. Kami butuh penghasilan. Mumpung lagi ramai pembeli,” teriak seorang pedagang perempuan.